Sejak 7 Oktober 2023, agresi brutal Israel telah menjerumuskan Gaza ke dalam jurang kehancuran total, menewaskan puluhan ribu warga sipil, dan meratakan infrastruktur yang tersisa di wilayah terkepung itu.
Korban Jiwa
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 58 ribu warga sipil Palestina gugur syahid, separuh di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, 138.520 lainnya terluka sejak agresi dimulai.
Data PBB menunjukkan, sejak akhir Mei lalu, 798 warga Palestina syahid saat mencoba memperoleh makanan, tragedi memilukan yang menggambarkan kelaparan sebagai senjata perang. Dari jumlah itu, 615 orang terbunuh di dekat lokasi distribusi lembaga Gaza Humanitarian Foundation (berbasis di AS), sementara 183 lainnya gugur di jalur konvoi bantuan PBB.
Badan Pusat Statistik Palestina juga mencatat, jumlah penduduk Gaza turun menjadi 2.129.724 jiwa, dari sebelumnya 2.226.544 jiwa pada 2023.
Pengungsian Massal
Sejak 18 Maret 2024, militer pendudukan Israel telah mengeluarkan 54 perintah pengungsian, mencakup 81% wilayah Gaza.
Program Pangan Dunia (WFP) memperkirakan lebih dari 700 ribu orang terpaksa mengungsi dalam periode ini. Per 8 Juli 2024, Israel telah menduduki 86% wilayah Gaza, menutup setiap ruang aman bagi rakyat yang tersisa.
Senjata Kelaparan
WFP melaporkan telah mengirim lebih dari 1.200 truk bantuan berisi 18.247 ton pangan sejak 21 Mei 2024, saat perbatasan dibuka secara terbatas. Namun, angka ini jauh dari cukup.
Diperkirakan 470 ribu warga Gaza akan menghadapi kelaparan tingkat bencana pada periode Mei–September 2024. Sebanyak 90 ribu anak dan perempuan membutuhkan perawatan darurat segera.
Kehancuran Infrastruktur
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan sekitar 436 ribu unit rumah (92% dari total) rusak atau hancur. 70% bangunan dan 81% jalan di Gaza telah luluh lantak.
Laporan PBB pada April 2024 juga menyebut 83% lahan pertanian, 83% sumur irigasi, dan 71% rumah kaca dihancurkan, semakin memperparah krisis pangan.
Keterpurukan Layanan Kesehatan
Dari 36 rumah sakit di Gaza, hanya 18 yang masih beroperasi sebagian, dan 10 dari 16 rumah sakit lapangan masih berfungsi. Lebih dari sepertiga pusat layanan kesehatan primer hanya berjalan secara terbatas.
UNICEF menyatakan lebih dari satu juta anak membutuhkan dukungan psikososial mendesak, akibat trauma mendalam.
OCHA mengungkapkan, 1.580 tenaga medis syahid akibat serangan langsung Israel ke fasilitas kesehatan, bukti nyata bahwa serangan ini tak hanya menyasar pejuang, tetapi juga menyasar nyawa warga sipil dan penjaga kehidupan.