Organisasi kemanusiaan Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas mencatat jumlah kasus gizi buruk akut tertinggi yang pernah terjadi sejak memulai operasi di Jalur Gaza.
MSF menegaskan bahwa aliran pasokan makanan dan bantuan medis yang berkelanjutan serta mendesak ke Gaza sangat krusial untuk menyelamatkan ribuan nyawa.
Data terbaru mereka menunjukkan lebih dari 700 perempuan hamil dan menyusui, serta hampir 500 anak-anak menderita gizi buruk akut dan sedang. Mereka saat ini menjalani perawatan di dua klinik rawat jalan milik MSF di wilayah yang kini porak-poranda akibat serangan.
“Kelaparan yang Disengaja”
Wakil Koordinator Medis MSF di Gaza, Dr. Mohammad Abu Mughaisib, mengatakan, “Inilah kali pertama kami menyaksikan lonjakan kasus gizi buruk seperti ini di Gaza.”
Dia menegaskan, “Kelaparan di Gaza adalah tindakan yang disengaja dan bisa dihentikan besok juga, jika otoritas Israel mengizinkan masuknya makanan dalam skala besar.”
Menurut Abu Mughaisib, krisis gizi buruk ini bukanlah bencana alam atau akibat kelalaian semata, melainkan hasil dari keputusan-keputusan yang disengaja dan terencana oleh otoritas Israel. Hal ini dilakukan melalui pembatasan akses makanan, kendali ketat atas distribusi, serta penghancuran hampir seluruh kemampuan Gaza memproduksi makanan secara mandiri.
MSF juga menyoroti keruntuhan total infrastruktur di Gaza. Air bersih tercemar limbah, pasokan bahan bakar dibatasi sehingga memengaruhi produksi air bersih, sementara kondisi kamp pengungsian yang sangat padat memperburuk kesehatan dan daya tahan tubuh warga.
Ibu dan Anak Jadi Korban Terbesar
Dr. Joanne Berry, dokter MSF yang sudah tiga kali bertugas di Gaza, mengatakan, “Akibat gizi buruk parah dan layanan air bersih yang sangat buruk, banyak bayi lahir prematur.”
Ia mengungkapkan kondisi memilukan di ruang NICU (unit perawatan intensif bayi baru lahir) di Rumah Sakit Al-Hilal. “Empat sampai lima bayi terpaksa berbagi satu inkubator. Ini sungguh di luar batas krisis,” ujarnya.
“Para ibu datang memohon makanan untuk anak-anak mereka. Ada ibu hamil usia enam bulan dengan berat badan hanya 40 kilogram. Ini bukan sekadar krisis, ini bencana kemanusiaan,” tegas Berry.
MSF mendesak agar bantuan kemanusiaan segera disalurkan tanpa syarat apa pun, termasuk pasokan makanan dan bantuan medis yang konsisten dan aman, serta menuntut perlindungan penuh bagi warga sipil yang kini sengaja dibiarkan kelaparan.
Sejak dimulainya kembali serangan Israel pada Maret lalu, tercatat lebih dari 7.300 warga Gaza gugur syahid, dan hampir 26 ribu lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza.
Di antara para korban, sekitar 800 orang meninggal saat menunggu bantuan di pusat distribusi yang kemudian berubah menjadi “jebakan maut” yang digambarkan para pejabat PBB sebagai pelanggaran kemanusiaan paling brutal.
Sementara itu, genosida yang didukung penuh oleh Amerika Serikat masih terus berlanjut di Gaza sejak 7 Oktober 2023, menewaskan dan melukai lebih dari 195 ribu orang (mayoritas adalah perempuan dan anak-anak) serta menyebabkan ribuan orang hilang dan ratusan ribu lainnya terusir dari rumah mereka.