Kekurangan bahan bakar kini menjadi ancaman mematikan bagi Rumah Sakit Al-Shifa, pusat medis terbesar di Gaza. Jika pasokan tidak segera masuk, rumah sakit ini akan tenggelam dalam kegelapan total dan lumpuh total, di saat agresi brutal Israel masih terus membunuh tanpa henti.

Di tengah Netanyahu (yang diburu Mahkamah Pidana Internasional) asyik berunding dengan Trump di Washington membahas nasib tawanan Israel, para dokter di Gaza justru berjuang menahan maut yang mengepung para pasien mereka.

Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Munir Al-Bursh, menegaskan, “Ancaman kali ini bukan roket atau bom, melainkan pengepungan yang mencegah bahan bakar masuk. Ini kejahatan yang merampas hak warga untuk hidup, dan mengubah rumah sakit menjadi kuburan sunyi.”

Ia menggambarkan suasana mencekam di Al-Shifa: “Di jantung Gaza, saat kematian merayap ke setiap sudut, Al-Shifa kini berada di titik kritis, antara hidup dan mati.”

Direktur Rumah Sakit Al-Shifa, Mohammad Abu Salmiya, juga memperingatkan bencana kemanusiaan besar akibat krisis bahan bakar. Tanpa pasokan, layanan rumah sakit, pabrik pengolahan air, hingga jaringan distribusi air terancam mati total. Ia menuduh Israel sengaja menyalurkan bahan bakar secara terbatas dan terputus-putus, memperparah kondisi kritis ini.

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 600 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza sejak awal serangan Israel, meski tanpa menyebut pihak bertanggung jawab. WHO menggambarkan sistem kesehatan Gaza sudah “di ambang kehancuran” akibat kelangkaan bahan bakar, minimnya pasokan medis, dan arus korban yang terus berdatangan tanpa henti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here