Ratusan aktivis pro-Palestina dari berbagai penjuru dunia ditangkap oleh otoritas Mesir di Kairo menjelang aksi damai Global March on Gaza yang direncanakan berlangsung pada Jumat, 13 Juni 2025. Gerakan lintas negara ini menyerukan satu hal yang sama: buka pintu bantuan untuk Gaza, akhiri blokade Israel yang mencekik!
Namun, sebelum langkah mereka sampai ke perbatasan Rafah, gerbang kehidupan yang kini terkunci, lebih dari 200 peserta justru disergap, diinterogasi, bahkan dideportasi, sebagaimana dilaporkan oleh France24, Senin (16/6).
Dikepung Sejak Mendarat
Menurut juru bicara aksi, Saif Abukeshek, para aktivis ditahan setibanya di Bandara Internasional Kairo, dan sebagian lainnya digerebek aparat bersenjata, termasuk petugas berpakaian preman, di hotel-hotel tempat mereka menginap.
“Mereka berasal dari Aljazair, Prancis, Maroko, Australia, Belanda, Spanyol, AS—dan juga dari negara-negara lain yang selama ini bersuara untuk Gaza,” ujar Abukeshek kepada AFP.
Para petugas disebut membawa daftar nama peserta, menyita ponsel, memeriksa isi koper, dan menginterogasi satu per satu. Sebagian dibebaskan, sebagian lainnya dideportasi diam-diam. Tidak ada penjelasan resmi. Hanya keheningan.
Jeritan Gaza Terdengar dari Pesawat Deportasi
Dalam salah satu video yang beredar, puluhan aktivis asal Prancis ditahan di bandara selama 18 jam, duduk berdesakan di lantai ruang tahanan dengan barang bawaan yang menumpuk. Seorang warga Jerman merekam kesaksiannya, “Kami di sini lebih dari 30 orang, tidak tahu apakah akan dibebaskan atau dibuang begitu saja. Saya sudah hubungi kedutaan… mereka bilang sedang mencoba mencari tahu.”
Sementara itu, di atas pesawat deportasi, lebih dari 30 aktivis meneriakkan satu suara lantang: “Le monde est avec toi… Gaza… Gaza!” (Dunia bersamamu, Gaza.)
Aksi Damai, Tapi Dianggap Ancaman
Global March on Gaza bukan gerakan politik. Ia lahir dari suara hati (para aktivis, relawan, tenaga medis, dosen, mahasiswa, warga biasa) yang datang dari lebih dari 50 negara, termasuk Indonesia, Tunisia, Yordania, AS, dan Afrika Selatan.
Mereka datang ke Kairo untuk satu tujuan: mengiringi harapan rakyat Gaza yang terkepung dengan solidaritas global.
Selama aksi, mereka berencana menggelar kamp damai, pawai solidaritas, dan mimbar terbuka di sepanjang rute menuju Rafah.
Apa yang Mereka Serukan?
Gerakan ini mengusung empat tuntutan utama:
- Mendesak pembukaan jalur bantuan kemanusiaan ke Gaza yang diblokade Israel.
- Mengecam penggunaan kelaparan sebagai senjata perang terhadap penduduk sipil.
- Menyerukan penghentian agresi militer dan blokade yang memperparah krisis pangan, listrik, dan medis.
- Mendesak dunia—terutama PBB dan negara-negara besar—untuk bertindak, bukan hanya diam.
Mereka Tak Bersenjata. Tapi Suara Mereka Menggema.
Apa yang terjadi di Kairo bukan hanya soal penangkapan. Ini soal usaha membungkam solidaritas. Tapi para aktivis ini datang bukan untuk membuat kerusuhan, mereka datang dengan spanduk, suara, dan tekad. Mereka membawa pesan sederhana: Jangan biarkan rakyat Gaza mati perlahan. Dan meski ratusan dihalangi, pesan mereka telah menembus batas: Dunia bersama Gaza. Gaza tidak sendiri.