Ribuan orang turun ke jalan di Den Haag, Belanda, dan Brussels, Belgia, Ahad kemarin (1/6), dalam unjuk rasa besar-besaran menuntut pemerintah mereka berhenti mendukung Israel. Seruan mereka tegas: “Tarik garis merah untuk Israel.” Ungkapan ini menjadi simbol penolakan terhadap genosida yang terus berlangsung di Gaza tanpa ada reaksi tegas dari komunitas internasional.
Di Lapangan Malieveld, pusat kota Den Haag, ribuan peserta berkumpul dalam aksi yang diorganisir oleh puluhan organisasi masyarakat sipil lokal dan internasional. Para peserta kompak mengenakan pakaian serba merah—sebagai lambang garis merah yang mendesak agar segera ditarik oleh pemerintah Belanda untuk menghentikan dukungannya terhadap agresi Israel.
Aksi ini diorganisasi oleh berbagai lembaga swadaya masyarakat, baik lokal maupun internasional. Para orator mengecam keras bantuan militer yang masih diberikan pemerintah Belanda kepada Israel. Mereka menuntut penghentian ekspor senjata ke Tel Aviv dan mendesak pembukaan jalur bantuan kemanusiaan darurat menuju Gaza, yang kini mengalami bencana kelaparan massal.
Sejumlah tokoh menyampaikan bahwa sejak Maret lalu, ratusan warga Gaza meninggal akibat kelaparan, namun pemerintah Belanda terus bungkam atas kejahatan yang dilakukan oleh Israel. “Di mana batasnya? Sampai berapa banyak anak harus mati sebelum kita menyebut ini genosida?” ujar salah satu aktivis dari panggung aksi.
Sementara itu di jantung kota Brussels, ibu kota Belgia, puluhan ribu orang juga memenuhi jalan-jalan utama dalam unjuk rasa besar-besaran mendukung Palestina. Mereka juga mengenakan pakaian merah dan membawa spanduk bertuliskan “Stop Genosida di Gaza”, sebagai bagian dari gerakan global yang mendesak diberlakukannya batas tegas terhadap agresi Israel.
“Kami marah karena para pemimpin Belgia diam saja. Mereka seharusnya bertindak tegas menghentikan kejahatan yang dilakukan Israel,” kata seorang demonstran di tengah kerumunan massa.
Aksi solidaritas ini berlangsung di tengah meningkatnya tekanan publik terhadap kebijakan luar negeri negara-negara Eropa yang dinilai terlalu lunak terhadap Israel, meski genosida telah terjadi secara terbuka sejak 7 Oktober 2023. Dukungan penuh dari Amerika Serikat membuat Israel terus melancarkan agresi brutal di Gaza yang sejauh ini telah menewaskan dan melukai lebih dari 184 ribu warga Palestina—mayoritas anak-anak dan perempuan—serta menyebabkan lebih dari 11 ribu orang hilang dan ratusan ribu lainnya mengungsi.
Para pengunjuk rasa di Eropa berharap bahwa tekanan dari jalanan akan menjadi langkah awal untuk mengubah arah kebijakan luar negeri negara mereka—bukan sekadar diam, tetapi berani menarik garis merah yang selama ini dihindari.