Financial Times menyoroti sikap bungkam negara-negara Barat terhadap tragedi kemanusiaan di Gaza, menyebutnya sebagai “diam yang memalukan.” Dalam tajuk rencananya, koran Inggris itu menyatakan bahwa Barat seharusnya merasa malu dan berhenti membiarkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertindak tanpa konsekuensi.
Financial Times menegaskan bahwa Amerika Serikat dan Eropa, sebagai sekutu terdekat Israel, belum melakukan tekanan yang memadai untuk menghentikan eskalasi kekerasan yang telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina selama hampir 19 bulan terakhir.
Kini, Netanyahu dikabarkan bersiap meluncurkan serangan baru yang dapat berujung pada pendudukan total atas Gaza dan memaksa penduduknya masuk ke dalam wilayah pengepungan permanen—sebuah skenario yang menurut FT akan mengosongkan Gaza secara perlahan lewat pengeboman, pengusiran, dan penghancuran infrastruktur.
Kondisi Kemanusiaan Makin Parah
Surat kabar itu memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza memburuk secara drastis: bantuan kemanusiaan terhalang, angka kekurangan gizi anak melonjak, dan rumah sakit kehabisan obat. Peringatan akan kelaparan besar pun semakin menguat.
Meskipun demikian, Financial Times mengkritik lemahnya respons internasional, terutama dari Presiden AS Donald Trump, yang menurut mereka hanya mengeluarkan pernyataan samar tanpa tindakan konkret untuk menghentikan agresi Netanyahu.
FT juga menyoroti rencana Trump mengunjungi negara-negara Teluk dan memperingatkan bahwa ia mungkin akan menyalahkan penuh Hamas, padahal seharusnya para pemimpin Arab mendesaknya untuk menekan Israel menghentikan agresinya.
Peringatan Keras: Jangan Biarkan Kejahatan Berlanjut
Di akhir editorialnya, Financial Times menegaskan bahwa diam atau takut menghadapi Israel hanya akan memperparah bencana kemanusiaan. Media ini menyerukan tindakan nyata: akhiri perang, angkat blokade, dan mulai kembali jalur diplomasi.
Sumber: Financial Times