Seorang dokter di Gaza memperingatkan dunia: sistem kesehatan di Jalur Gaza berada di ambang kehancuran total. Dr. Khalil Al-Daqran, juru bicara Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsha, mengatakan pihaknya tak lagi mampu menyelamatkan korban luka dalam pembantaian brutal yang dilakukan Israel di Kamp Pengungsi Al-Bureij, Gaza Tengah, Selasa (6/5).
Serangan terbaru Israel menargetkan sebuah sekolah yang menampung pengungsi, menyebabkan 17 orang gugur syahid dan puluhan lainnya terluka. Menurut Dr. Al-Daqran, dari jumlah tersebut, 8 jenazah—mayoritas anak-anak, perempuan, dan lansia—dibawa ke RS Syuhada Al-Aqsha, sementara 9 lainnya ke RS Al-Awda.
Namun angka ini belum final. Masih banyak korban yang tertinggal di lokasi serangan, tak bisa dijangkau tim medis maupun ambulans karena minimnya peralatan dan risiko serangan susulan. “Kami kewalahan. Mobil ambulans tak bisa menembus puing-puing. Tim penyelamat tak punya alat dan bahan bakar,” kata Al-Daqran.
Gaza Tengah Berdarah, Sistem Medis Kolaps
Sejak pagi hari, serangan Israel terus menghantam wilayah Gaza Tengah tanpa henti. Jumlah korban syahid di wilayah ini hari ini saja telah mencapai 35 jiwa, dengan sebagian besar korban adalah anak-anak dan perempuan.
Lebih dari itu, mayoritas korban luka mengalami cedera berat di kepala, dada, dan anggota tubuh, namun stok obat dan peralatan operasi sangat minim. “Kami harus memilih siapa yang bisa kami rawat lebih dulu. Bukan karena kami ingin—tapi karena kami tak punya cukup obat,” ujar Al-Daqran dengan suara berat.
Hanya Satu Rumah Sakit untuk 350 Ribu Jiwa
RS Syuhada Al-Aqsha kini menjadi satu-satunya rumah sakit yang masih beroperasi di Gaza Tengah, melayani lebih dari 350 ribu jiwa. Namun tanpa pasokan bahan bakar, obat, dan listrik yang stabil, nyawa demi nyawa melayang sia-sia karena tidak bisa ditangani. “Beberapa meninggal bukan karena lukanya… tetapi karena kami tak punya alat untuk menyelamatkan mereka,” ujar Al-Daqran pilu.
Ia memperingatkan, jika penutupan akses dan blokade bahan bakar terus berlanjut, seluruh layanan kesehatan di Gaza akan benar-benar runtuh. “Kami berada di ambang kehancuran total,” tegasnya.
Seruan Putus Asa ke Dunia
Menutup keterangannya, Dr. Al-Daqran menyerukan intervensi segera dari dunia internasional. “Kami tak butuh simpati. Kami butuh tindakan nyata. Dunia harus bertindak sekarang, sebelum lebih banyak anak-anak kami mati bukan karena bom—tetapi karena dunia memilih diam,” ujarnya.