Klub Tahanan Palestina mengungkapkan bahwa otoritas pendudukan Israel dengan sengaja memindahkan tahanan yang sakit antarpenjara, untuk menyebarkan penyakit dan wabah di kalangan para tahanan. Temuan ini disampaikan berdasarkan kesaksian para tahanan yang masih bertahan di balik jeruji.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis Senin (28/4), Klub Tahanan menjelaskan bahwa praktik kejam ini memperburuk bencana kesehatan yang kini mengancam ribuan tahanan, menyusul merebaknya penyakit scabies (gatal menular), yang bahkan menjadi salah satu faktor utama gugurnya sejumlah tahanan dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut kesaksian yang dihimpun, pihak Israel dengan sengaja memindahkan tahanan yang terjangkit penyakit menular dari Penjara Megiddo di utara ke Penjara Negev di selatan, tanpa melakukan pemeriksaan medis yang memadai. Akibatnya, para tahanan di Penjara Negev turut terinfeksi.
Klub Tahanan mengungkapkan, sejumlah besar tahanan di Negev kini mengalami gejala serius, termasuk sakit perut parah, muntah terus-menerus, tubuh melemah drastis, serta infeksi scabies yang meluas, menandakan kondisi kesehatan mereka dalam ancaman yang sangat berbahaya.
Klub Tahanan Palestina menuding otoritas penjara Israel sengaja memperburuk situasi ini dengan memberlakukan kebijakan kejam sejak dimulainya genosida di Gaza. Kebijakan-kebijakan tersebut dinilai menjadi faktor utama munculnya wabah penyakit di antara para tahanan.
Genosida Berkelanjutan
Per 1 April 2025, jumlah tahanan Palestina di penjara-penjara Israel tercatat melampaui 9.900 orang, termasuk 3.498 tahanan administratif yang ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan, serta setidaknya 400 anak-anak dan 27 perempuan, menurut data Klub Tahanan Palestina.
Sebelum genosida dimulai pada Oktober 2023, jumlah tahanan Palestina tercatat sekitar 5.250 orang, di antaranya 1.320 tahanan administratif, 40 perempuan, dan 170 anak-anak.
Selama perang genosida ini, setidaknya 63 tahanan Palestina telah gugur di dalam penjara Israel, termasuk 40 dari mereka yang berasal dari Gaza.
Salah satu yang terbaru adalah syahidnya anak laki-laki, Walid Ahmad, akibat penyiksaan brutal dan kelalaian medis yang disengaja, sebagaimana dilaporkan berbagai lembaga hak asasi Palestina.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel -dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat- terus melakukan pembantaian besar-besaran di Gaza, mengakibatkan sekitar 170 ribu warga Palestina gugur atau terluka, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Lebih dari 11 ribu orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Sumber: AAnadolu Agency