Pejuang Palestina mulai mewujudkan di lapangan apa yang sebelumnya menjadi peringatan militer pendudukan Israel: eskalasi perlawanan terhadap pasukan mereka di Jalur Gaza, demikian menurut analis militer, Mayor Jenderal Fayez al-Duweiri.
Dalam wawancaranya bersama Al Jazeera, Duweiri menjelaskan bahwa operasi-operasi yang terjadi di timur Hay at-Tuffah, Kota Gaza, serta penyergapan “Patahkan Pedang” di timur Beit Hanoun—dan kemudian penyergapan lanjutan di lokasi yang sama—adalah implementasi nyata dari kekhawatiran yang disuarakan militer Israel.
Ia menilai kemampuan pejuang Palestina bertahan di medan pertempuran terkait erat dengan cara mereka mengelola pertempuran defensif serta adaptasi mereka terhadap taktik militer Israel. Duweiri menegaskan, “Pasukan perlawanan mungkin tidak melakukan serangan besar-besaran, namun mereka tetap agresif secara taktis dalam skala terbatas.”
Pernyataan ini datang setelah Brigade Al-Qassam—sayap militer Hamas—mengumumkan, Minggu (hari ini), bahwa mereka berhasil meledakkan alat peledak anti-personel terhadap sekelompok tentara Israel di timur Hay at-Tuffah, mengakibatkan korban tewas dan luka di pihak pendudukan.
Di saat yang sama, Al-Qassam juga menyebutkan telah menghantam tank “Merkava 4” dengan peluru kendali anti-tank “Yasin 105” di wilayah yang sama.
Sementara itu, Saraya Al-Quds—sayap militer Jihad Islam—melaporkan telah menargetkan barak pasukan Israel yang bersembunyi di dalam sebuah rumah dengan rudal berpemandu.
Duweiri menekankan, meski tingkat kesiapan antar batalion pejuang mungkin bervariasi, namun secara umum Al-Qassam dan faksi-faksi perlawanan lain menunjukkan kesiapsiagaan yang sangat tinggi dalam menghadapi operasi Israel.
Ia juga mengkritik pendekatan Kepala Staf Israel, Herzi Halevi, yang disebutnya terlalu optimis dengan asumsi “zero losses” (nol kerugian), mengandalkan penempatan pasukan di “zona aman” sebelum bergerak perlahan di bawah perlindungan serangan artileri masif.
Namun yang terjadi di lapangan, kata Duweiri, justru sebaliknya: pejuang Gaza berhasil menggempur pasukan dan kendaraan lapis baja Israel menggunakan penyergapan, ranjau, serta rudal anti-tank saat pendudukan berusaha memperdalam invasi ke kawasan permukiman dan reruntuhan kota.
Beberapa hari sebelumnya, situs Israel Walla mengutip sumber-sumber militer yang menyatakan bahwa tentara Israel telah memperkuat pertahanan di posisinya di dalam zona penyangga, mengantisipasi kemungkinan eskalasi dari Hamas.
Sumber-sumber tersebut memperingatkan bahwa Hamas diperkirakan akan meningkatkan operasi mereka dengan pola perang gerilya, termasuk serangan sniper, penyergapan, dan operasi gabungan lainnya.