Spirit of Aqsa – Serangkaian serangan mendadak yang dilancarkan pejuang Al-Qassam di jantung zona “pengamanan” Israel kembali mengguncang kepercayaan diri militer pendudukan. Di tengah klaim sepihak soal “penguasaan total,” realita di medan tempur justru berkata lain.
Menurut analis militer asal Yordania, Letjen Purn. Fayez Al-Duwairi, serangan mendalam yang dilakukan pejuang Hamas di wilayah At-Tuffah (Gaza timur) dan Beit Hanoun (utara) membuktikan satu hal penting: jaringan terowongan bawah tanah Gaza tetap efektif, meski dihantam agresi udara tanpa henti.
“Pasukan Al-Qassam keluar dari bawah tanah di tempat-tempat yang sudah diklaim ‘aman’ oleh Israel. Ini bukan hanya serangan—ini pesan bahwa terowongan mereka masih hidup,” ujar Al-Duwairi dalam analisanya.
Ia menyebut, serangan Al-Qassam terjadi justru di zona yang disebut Israel sebagai “wilayah steril”, yakni sepanjang pagar utara dan timur Gaza, hingga poros Salahuddin (Philadelphi). Artinya, keberadaan pejuang di titik-titik ini mematahkan klaim kendali Israel.
Fakta di Balik Angka
Mengutip salah satu pusat studi perang, Al-Duwairi memperkirakan dari total 550 hingga 775 kilometer jaringan terowongan yang ada di Gaza, sekitar 400–550 kilometer masih aktif—termasuk yang digunakan dalam serangan terakhir.
Dan bukan hanya analis luar yang meragukan narasi resmi Israel. Mantan komandan korps selatan militer Israel sekaligus eks kepala perguruan tinggi militer, Yitzhak Brik, membongkar kebohongan yang selama ini dijual kepada publik.
“Israel mengklaim telah menghancurkan 50% terowongan. Padahal faktanya, tak sampai 10% yang benar-benar dihancurkan,” tegas Brik.
Mata-Mata di Tanah Sendiri
Al-Duwairi menambahkan, strategi Al-Qassam tidak berdiri pada improvisasi semata. Di balik setiap penyergapan, ada sistem observasi yang rapi. “Mereka punya mata di lapangan, mengamati setiap gerak musuh, mengirimkan informasi secara real-time, lalu memberi lampu hijau untuk bergerak.”
Hal ini pula yang membuat banyak serangan Al-Qassam nyaris tak terdeteksi hingga detik terakhir, lalu menghantam militer Israel secara telak—baik personel maupun kendaraan taktis.
Wilayah Tak Bertuan yang Tak Pernah Dikuasai
Meski pasukan Israel berulang kali keluar-masuk wilayah timur dan utara Gaza sejak awal agresi, Al-Duwairi menilai mereka gagal menegakkan kendali penuh, bahkan atas kawasan yang kini 90% sudah luluh lantak dan kosong dari penduduk.
Dalam periode jeda tempur pasca fase pertama perang, Al-Qassam berhasil melakukan re-organisasi pasukan dan rekonstruksi kekuatan, terutama di wilayah utara. “Kekuatan mereka bangkit lagi. Dan di Beit Hanoun, bahkan dengan kesiapan paling tinggi,” ujarnya.
“Kejutan dari Perut Bumi”
Dalam dua hari terakhir, Al-Qassam mengumumkan dua operasi besar:
- Di Jabal Shurani (Gaza timur), pejuang mereka menyergap satuan Israel yang sedang merangsek masuk. Beberapa anggota pasukan pendudukan dilaporkan tewas dan terluka.
- Di Beit Hanoun, mereka menggelar serangan terkoordinasi bertajuk “Operasi Mematahkan Pedang”, menargetkan kendaraan komando batalion intelijen tempur Israel dengan roket anti-tank.
Setelahnya, saat pasukan bantuan datang, mereka kembali dihantam ranjau anti-personel. Hasilnya, satu tentara Israel tewas, lima lainnya luka berat. Militer pendudukan pun terpaksa mengakui kerugian tersebut.
Sumber: Al Jazeera