Di Kamp Pengungsi Jabalia, Gaza, di tengah reruntuhan perang Israel dan penderitaan yang menyelimuti warga, Um Muhammad menceritakan kisah keluarganya dalam realitas yang penuh kepedihan.

Sejak awal agresi Israel, keluarganya mengalami hari-hari penuh ketakutan dan penderitaan, dengan serangan udara dan kehancuran menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Saat kembali ke rumah mereka, yang tersisa hanyalah puing-puing, menyisakan kenangan yang menyakitkan.

Wanita berusia 55 tahun itu menggambarkan hari-hari terakhir ini sebagai tragedi terbesar yang pernah ia alami, tak pernah ia saksikan atau dengar sebelumnya dalam hidupnya.

Selain itu, keluarganya menghadapi kondisi yang sangat sulit. Suaminya dan salah satu anaknya kehilangan kaki akibat serangan udara, sementara putranya, Muhammad, yang berusia 22 tahun, masih menjadi tahanan di penjara Israel. Sang ibu terus mengingatnya setiap saat, terutama saat berbuka puasa di bulan Ramadan.

Kehidupan sehari-hari kini menjadi perjuangan bertahan hidup. Mereka kekurangan kebutuhan dasar seperti air dan listrik, dan harus menempuh perjalanan panjang demi mendapatkannya.

Penderitaan yang dialami keluarga Um Muhammad juga dirasakan oleh banyak keluarga Palestina lainnya di Gaza, mencerminkan realitas pahit akibat blokade yang terus berlanjut di wilayah tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here