Dua analis tidak menutup kemungkinan bahwa ledakan yang menghantam tiga bus di Bat Yam, selatan Tel Aviv, merupakan tindakan yang disengaja untuk mengalihkan perhatian dari krisis internal Israel. Insiden ini terjadi di tengah kemarahan publik setelah pemulangan jenazah tawanan Israel dalam peti mati dan meningkatnya kritik terhadap pemerintahan Netanyahu.
Pakar urusan Israel, Ihab Jabarin, mempertanyakan kesimpulan cepat Israel bahwa ledakan tersebut bermotif nasionalis. “Siapa yang diuntungkan dari kejadian ini, terutama pada hari di mana seluruh perhatian dunia tertuju pada Israel setelah pemulangan jenazah tawanan?” ujarnya kepada Al Jazeera.
Ia mengingatkan bahwa insiden serupa di masa lalu sering kali dimanfaatkan Israel untuk kepentingan politik. “Israel kerap menggunakan kejadian semacam ini sebagai dalih untuk memperkuat narasinya dan mencapai tujuan militernya, baik di Tepi Barat maupun Gaza,” tambahnya.
Sementara itu, pakar militer Brigadir Elias Hanna menyoroti reaksi Israel yang berlebihan. “Tuntutan agar sopir bus mencari bom sendiri mencerminkan kegagalan intelijen Israel,” katanya. Ia juga mencurigai motif di balik penemuan bom yang telah dijinakkan dengan tulisan berbahasa Arab. “Ini tidak masuk akal secara militer,” tegasnya.
Hanna tidak menutup kemungkinan bahwa ledakan ini adalah rekayasa, mengingat tidak ada korban luka atau tewas. “Ini bisa menjadi taktik untuk mencapai tujuan politik tertentu, seperti insiden upaya pembunuhan duta besar Israel di London pada 1982 yang digunakan sebagai dalih untuk menginvasi Beirut,” ungkapnya.
Insiden ini terjadi di tengah agresi Israel yang terus berlangsung di kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat, terutama di Tulkarm, Nur Shams, dan Jenin. Menteri Pertahanan Israel, Yisrael Katz, memerintahkan peningkatan operasi militer. Seorang pejabat di kantor Netanyahu bahkan menyebut bahwa perdana menteri akan “memerintahkan serangan besar-besaran di Tepi Barat”.