Sebuah penilaian yang dirilis oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa, dan Bank Dunia pada Selasa ini menyebutkan bahwa kebutuhan untuk membangun kembali Jalur Gaza setelah 15 bulan perang yang dilakukan Israel akan melebihi 53 miliar dolar Rp861,78 triliun.

Penilaian cepat dan awal terhadap kerusakan serta kebutuhan rekonstruksi menunjukkan bahwa diperlukan 53,2 miliar dolar untuk pemulihan dan pembangunan kembali dalam 10 tahun ke depan, dengan 20 miliar dolar di antaranya diperlukan dalam tiga tahun pertama.

Pekan lalu, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dalam sebuah laporan yang disusun atas permintaan Majelis Umum PBB menyatakan bahwa jumlah yang dibutuhkan untuk pemulihan dan rekonstruksi Gaza dalam jangka pendek, menengah, dan panjang diperkirakan mencapai 53,142 miliar dolar. Dari jumlah tersebut, dana yang diperlukan dalam jangka pendek untuk tiga tahun pertama diperkirakan sekitar 20,568 miliar dolar.

Sebelumnya, sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga riset Amerika, RAND Corporation, mengungkapkan bahwa biaya rekonstruksi Gaza bisa melebihi 80 miliar dolar, dengan biaya pengangkutan puing-puing saja diperkirakan lebih dari 700 juta dolar.

Aspek Rekonstruksi Gaza

Proses rekonstruksi Gaza mencakup beberapa aspek utama, di antaranya:

  • Infrastruktur dasar: mencakup pembangunan kembali jaringan air dan sanitasi, perbaikan jaringan listrik, serta rehabilitasi jalan, jembatan, dan transportasi umum.
  • Pembangunan kembali rumah dan gedung.
  • Fasilitas kesehatan: mencakup pembangunan kembali rumah sakit dan pusat kesehatan yang hancur.
  • Fasilitas pendidikan: perbaikan sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan lainnya.
  • Pemulihan sektor produktif seperti pertanian dan industri.
  • Pengangkutan puing-puing dan pembersihan sisa perang.
  • Penjinakan wilayah dari amunisi yang tidak meledak.
  • Rehabilitasi sektor publik dan layanan pemerintahan.

Serangan udara Israel ke Gaza telah menyebabkan tingkat kehancuran yang “belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah modern,” menurut laporan PBB sebelumnya.

Berdasarkan penilaian kerusakan yang dilakukan oleh Pusat Satelit PBB (UNOSAT) bulan lalu, hingga 1 Desember, sekitar 69% bangunan di Gaza hancur atau rusak, dengan total 170.812 bangunan terdampak.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa dari 36 rumah sakit di Gaza, hanya 18 yang masih beroperasi secara parsial dengan kapasitas total sekitar 1.800 tempat tidur.

Hingga 1 Desember, UNICEF mencatat bahwa 496 sekolah telah rusak, atau sekitar 88% dari total 564 sekolah yang terdaftar. Dari jumlah tersebut, 396 sekolah mengalami serangan langsung.

Kerusakan Lahan Pertanian

Berdasarkan citra satelit yang diambil oleh UNOSAT pada 26 September 2024, 68% lahan pertanian di Gaza—sekitar 103 kilometer persegi—mengalami kerusakan akibat perang.Di wilayah Gaza Utara, 79% lahan pertanian rusak, sedangkan di Rafah, 57% lahan pertanian terdampak.

Kerusakan juga melanda aset pertanian, termasuk sistem irigasi, peternakan, kebun, mesin pertanian, dan fasilitas penyimpanan. Menurut laporan yang diterbitkan oleh Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) pada September 2024, tingkat kerusakan sektor pertanian hingga awal 2024 berkisar antara 80% hingga 96%.

Jaringan Jalan

Dalam hal infrastruktur jalan, sekitar 68% dari total jalan di Gaza mengalami kerusakan, dengan 1.190 kilometer jalan hancur, menurut analisis awal yang dilakukan oleh UNOSAT pada 18 Agustus 2024.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here