Spirit of Aqsa- Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan di Gaza, Munir Al-Barsh, mengumumkan, sejak berlakunya perjanjian gencatan senjata pada 19 Januari lalu, sebanyak 92 warga Palestina telah syahid dan 822 lainnya terluka akibat serangan langsung Israel.
Al-Barsh juga menyebut bahwa dua warga Palestina gugur akibat sisa-sisa bahan peledak militer Israel di wilayah yang masih diblokade. Selain itu, 24 warga lainnya meninggal dunia akibat luka-luka yang mereka derita sebelumnya.
Secara keseluruhan, jumlah warga Palestina yang telah syahid sejak dimulainya gencatan senjata—baik karena serangan langsung, ledakan sisa-sisa bom Israel, maupun akibat luka-luka sebelumnya—telah mencapai 118 orang.
Ia juga mengungkapkan bahwa tim medis telah mengevakuasi jenazah 641 warga Palestina dari bawah reruntuhan, di mana sekitar 197 di antaranya masih belum teridentifikasi.
Pada 19 Januari lalu, gencatan senjata di Gaza mulai berlaku bersamaan dengan perjanjian pertukaran tawanan antara faksi-faksi Palestina dan Israel. Perjanjian ini terdiri dari tiga tahap, masing-masing berlangsung selama 42 hari. Pada tahap pertama, negosiasi dilakukan untuk mempersiapkan tahap kedua dan ketiga, dengan mediasi dari Mesir dan Qatar serta dukungan Amerika Serikat.
Pelanggaran dan Penundaan
Meskipun faksi-faksi Palestina telah mematuhi seluruh ketentuan perjanjian, tentara Israel terus melakukan serangan hampir setiap hari di berbagai wilayah Gaza dengan pesawat nirawak. Akibatnya, warga Palestina, termasuk anak-anak dan lansia, menjadi korban syahid atau terluka.
Selain itu, pemerintah Israel terus menunda negosiasi tahap kedua dari perjanjian ini dan menghambat pelaksanaannya. Hambatan tersebut mencakup keterlambatan pemulangan pengungsi ke wilayah utara Gaza serta kegagalan dalam menyediakan bantuan kemanusiaan yang memadai, seperti makanan, bahan bakar, tenda, dan unit tempat tinggal, yang seharusnya telah disepakati sebelumnya.
Sebagai respons, juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, dalam pernyataan pada Senin, mengumumkan bahwa pembebasan tawanan Israel akan ditunda hingga Israel memenuhi seluruh ketentuan perjanjian dan memberikan kompensasi atas pelanggaran yang telah terjadi selama beberapa pekan terakhir. Ia menegaskan bahwa Hamas tetap berkomitmen terhadap perjanjian tersebut selama Israel juga memenuhi kewajibannya.
Perlu dicatat bahwa dengan dukungan Amerika Serikat, Israel telah melakukan genosida di Gaza antara 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, yang menyebabkan lebih dari 160.000 warga Palestina gugur atau terluka. Mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan, dengan lebih dari 14.000 orang masih dinyatakan hilang.
Sumber: Al Jazeera, Anadolu Agency