Spirit of Aqsa- Israel memperluas operasi “Tembok Besi” pada Senin (29/1/2025), yang dimulai sejak 21 Januari di Kota dan Kamp Pengungsi Jenin, hingga mencakup kamp-kamp pengungsi di Kota Tulkarm. Operasi ini berlangsung dengan pola penghancuran, di mana Israel secara sengaja meratakan rumah-rumah dan mengubah geografi kamp-kamp yang mereka serbu.

Selama delapan hari terakhir, penghancuran rumah-rumah di tepi Kamp Jenin terus berlanjut. Pasukan Israel menggunakan buldoser lapis baja untuk menghancurkan rumah-rumah dan membuka jalan ke dalam kamp. Di jalanan yang lebih lebar, mereka membakar rumah-rumah hingga habis.

“Seperti Gempa Bumi”

Kerusakan besar terlihat di lingkungan dan jalanan yang telah dilalui buldoser Israel. Warga kesulitan mengenali rumah-rumah mereka. Di beberapa daerah, terutama di pusat kamp, pemandangannya seperti kawasan yang baru saja diguncang gempa bumi.

Warga berusaha kembali ke rumah-rumah mereka di bagian barat kamp setelah mendengar kabar bahwa pasukan Israel telah mundur. Namun, Abu Faiz, salah satu warga Kamp Jenin, mengatakan kepada Al Jazeera, “Pemandangannya sangat mengejutkan. Kehancuran ada di mana-mana. Ini adalah Nakba (malapetaka) baru bagi kami.”

Ia menambahkan, “Semua rumah tetangga hancur. Ini adalah kawasan sipil, yang disebut sebagai ‘kamp baru’ karena dibangun kembali setelah invasi tahun 2002. Apa yang terjadi sekarang bertujuan untuk mengusir kami lagi dan menghancurkan kamp ini.”

Abu Faiz juga menegaskan bahwa kondisi para pengungsi sangat buruk. “Mereka kekurangan segala kebutuhan dasar. Bagi sedikit orang yang tetap tinggal di kamp, situasinya sangat mengenaskan. Tidak ada air sejak krisis dengan Otoritas Palestina dimulai 40 hari lalu, dan bahaya mengintai di setiap sudut.”

Warga mengatakan bahwa tentara Israel masuk dari satu lingkungan ke lingkungan lain, menghancurkan area demi area. Drone-drone Israel terus mengudara di atas kamp, menjatuhkan bom ke rumah-rumah dan jalanan.

Maisun Khanfar, seorang pengungsi dari kamp, mengatakan, “Saya mencoba kembali ke rumah untuk melihat kondisinya dan mengambil beberapa barang untuk anak-anak saya, tetapi saya tidak bisa masuk karena kehancuran di sekitarnya begitu parah.”

Mesin Penghancur Israel

Pada Selasa malam, pasukan Israel mulai membawa masuk alat berat yang lebih kecil, seperti buldoser mini “Bobcat”, untuk membuka jalan-jalan dan mempermudah pergerakan pasukan.

Data terbaru menunjukkan bahwa pasukan Israel telah menghancurkan lebih dari 100 rumah dan fasilitas hingga saat ini, termasuk Masjid Hamzah di Jalan Mahyub di dalam kamp. Infrastruktur juga hancur total, dan lebih dari 90% penduduk telah diusir dari kamp.

Kementerian Wakaf dan Urusan Keagamaan Palestina mengecam penghancuran masjid tersebut, menyebutnya sebagai serangan terang-terangan terhadap tempat ibadah Islam dan pelanggaran terhadap hukum internasional yang melindungi rumah ibadah.

Tentara Israel merilis rekaman yang menunjukkan penghancuran rumah-rumah di Kamp Jenin. Warga membandingkan pemandangan itu dengan pemboman yang dilakukan Israel terhadap lingkungan permukiman di Jalur Gaza.

Menurut warga, dalam tiga tahun terakhir, Kamp Jenin menjadi pusat perlawanan yang mengganggu Israel. Oleh karena itu, Israel berupaya menghancurkan kamp-kamp ini untuk menghapus keberadaan pejuang Palestina yang bermarkas di sana.

Target Berikutnya

Di tengah seruan untuk menetapkan Kamp Jenin sebagai “zona bencana”, Israel memperluas penghancuran ke Kamp Pengungsi Tulkarm di tengah kota, di bagian utara Tepi Barat. Tentara Israel mengusir warga kamp dari rumah-rumah mereka pada malam hari, lalu buldoser militer mulai menghancurkan dan membakar bangunan.

Hani Sarhan, seorang warga Kamp Tulkarm, mengatakan kepada Al Jazeera, “Situasi di kamp sangat buruk. Orang-orang keluar tanpa tahu ke mana harus pergi. Kerusakan pada infrastruktur, jalan, dan listrik sangat parah.”

Ia menambahkan, “Semua ini adalah bagian dari perang Israel terhadap kamp-kamp pengungsi yang telah berlangsung selama beberapa bulan. Tentara membagi kamp ke dalam beberapa sektor dan menghancurkan satu sektor demi sektor lainnya. Situasi sangat sulit, pergerakan di gang-gang menjadi berbahaya. Orang-orang terpaksa meninggalkan kamp. Israel telah mengubahnya menjadi tempat yang tidak bisa dihuni.”

Namun, Sarhan menegaskan bahwa tindakan Israel tidak akan mengubah keyakinan para pengungsi. “Bagi kami, kamp-kamp ini hanyalah tempat sementara. Tanah kami yang sebenarnya ada di Palestina 1948, dan kami akan kembali ke sana.”

Penderitaan yang Berulang

Menurut warga Kamp Tulkarm, pasukan Israel mengepung rumah-rumah dan memaksa orang-orang pergi sebelum menghancurkan bangunan, seperti yang terjadi di Kamp Jenin. Mereka hanya membuka satu jalur keluar, memaksa warga meninggalkan kamp menuju pusat Kota Jenin, dan dari sana mereka menyebar ke desa-desa dan pinggiran kota.

Kebijakan ini menimbulkan krisis besar bagi para pengungsi, yang tidak memiliki tempat tinggal. Hussein Sheikh Ali, seorang warga Tulkarm, mengatakan kepada Al Jazeera, “Evakuasi dilakukan pada malam hari. Mereka membuka satu koridor keluar, lalu membiarkan orang-orang begitu saja di jalan. Awalnya, dua masjid dibuka untuk menampung keluarga-keluarga, tetapi hingga sekarang, banyak orang yang tidak tahu harus pergi ke mana.”

Ia menambahkan bahwa evakuasi cepat ini merupakan persiapan untuk penghancuran total. “Buldoser Israel telah menghancurkan jalan, saluran air, dan sistem pembuangan limbah yang sebelumnya sudah rusak akibat serangan-serangan sebelumnya. Namun, penghancuran rumah-rumah dan pembakarannya bertujuan untuk mengosongkan kamp sepenuhnya.”

“Semua ini adalah bagian dari proyek pendudukan Israel di Tepi Barat setelah perang di Gaza. Kamp-kamp ini telah dijadikan tempat yang tidak layak huni, dan akhirnya, Israel akan menghancurkan dan membakarnya,” ujar Sheikh Ali.

Dalam pernyataan kepada Kantor Berita Palestina, Gubernur Tulkarm, Abdullah Kamil, mengatakan, “Warga dipaksa meninggalkan rumah-rumah mereka di Kamp Tulkarm. Kami terus memantau situasi ini, dan telah memberikan instruksi untuk menyediakan tempat penampungan, baik dengan membuka masjid atau menyiapkan aula. Saat ini, semua pengungsi telah diamankan.”

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here