Spirit of Aqsa- Dalam laporan dari Palestina, The Washington Post mengungkapkan bahwa setidaknya tujuh bayi meninggal akibat cuaca dingin di Gaza baru-baru ini, sementara keluarga-keluarga pengungsi berjuang mencari tempat berlindung dari musim dingin yang menusuk.
Salah satu kisah tragis adalah Aisyah Qassas, bayi perempuan yang lahir pada 28 November. Ia kehilangan nyawanya pada usia kurang dari tiga minggu akibat malnutrisi dan hipotermia. Keluarganya tinggal di tenda lusuh di kamp pengungsian yang kotor dan padat di Khan Younis, setelah dua kali terusir akibat agresi Israel.
Kisah Aisyah menggambarkan kondisi buruk di Gaza, di mana lebih dari satu juta pengungsi, banyak di antaranya sakit dan kekurangan gizi, berusaha bertahan di tengah cuaca ekstrem. Organisasi kemanusiaan telah memperingatkan potensi bencana kesehatan akibat musim dingin, termasuk banjir dan kurangnya perlengkapan seperti selimut serta pakaian hangat.
Namun, laporan tersebut menyoroti bahwa meskipun pemerintahan Presiden Joe Biden mendesak Israel untuk mengizinkan bantuan, Israel tetap memberlakukan pembatasan ketat yang menghalangi masuknya perlengkapan bantuan vital. Akibatnya, kebutuhan akan tempat berlindung hanya terpenuhi 23%, dengan lebih dari 900 ribu orang masih memerlukan perlindungan dasar.
Dr. John Kahler, seorang dokter anak, menjelaskan bahwa bayi sangat rentan terhadap komplikasi kesehatan akibat dingin. Paparan permukaan dingin dan pakaian basah meningkatkan risiko hipotermia, yang bisa berujung pada kerusakan organ dan kematian.
Kisah lain mengisahkan seorang ayah, Yahya Batran, yang tidak mampu membeli pakaian dan selimut untuk dua bayi kembarnya. Kedua bayi itu akhirnya meninggal sebelum sempat mendapat bantuan medis.
Banjir yang melanda lebih dari 1.500 tenda pengungsi juga memperburuk situasi. Anak-anak terlihat berjalan tanpa alas kaki di jalanan yang dipenuhi limbah, mencerminkan krisis kemanusiaan yang semakin mendalam.
Sumber: The Washington Post