Oleh: Ustaz Umar Makka, Lc (Sekjen SoA)
Rasulullah SAW tidak hanya memberikan motivasi kepada para sahabat dan umatnya untuk membebaskan Baitul Maqdis. Beliau telah melakukan berbagai strategi menuju pembebasan kiblat pertama umat Islam itu. upaya-upaya pembebasan Baitul Maqdis bahkan terus bergulir sampai beliau meninggal Senin 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijriyah atau 8 Juni 632 Masehi.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Baitul Maqdis senantiasa menjadi perhatian Rasulullah SAW. Beliau masih menyiapkan pasukanya yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid bin Haritsah menuju pembebasan Baitul Maqdis. Usamah merupakan panglima Islam termuda sekaligus panglima terakhir yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah. Ia mulai memimpin perang pada usia 18 tahun. Ini menjadi pelajaran penting bahwa Baitul Maqdis memiliki tempat khusus di dalam hati Rasulullah.
Latar Belakang Pengiriman Usaman bin Zaid
Pengiriman pasukan Usamah bin Zaid untuk melanjutkan perjalanan panjang pembebasan Baitul Maqdis yang telah dimulai oleh Rasulullah SAW. penunjukan Usamah bin Zaid sebagai pemimpin perang bukan tanpa alasan. Pertama, Sariyah pertama yang diutus adalah Sariyah Hisma di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah, ayahanda Usamah. Di mana Zaid bin Haritsah adalah putra angkat Rasulullah SAW.
Kemudian, salah satu peperangan besar menuju pembebasan Baitul Maqdis adalah Gazwah Mu’tah pada tahun kedelapan Hijriah. Dalam perang tersebut, Zaid bin Haritsah ditunjuk sebagai pemimpin perang, dan gugur sebagai syahid dalam pertempuran tersebut. Itu artinya ada ruh perjuangan yang berkaitan dengan Zaid.
Kenapa Rasulullah SAW Memilih Usamah?
Rasulullah SAW tidak memilih seseorang kecuali itu yang terbaik. Sebab, beliau adalah manusia terbaik yang semua perkataan, perbuatan, hingga keputusannya berdasarkan wahyu. Memang ada polemik di tengah sahabat, tapi polemik itu tidak menghilangkan rasa cinta para sahabat ke Usamah.
Beberapa sahabat mempertanyakan keputusan tersebut sebab banyak sahabat senior dalam pasukan, seperti Sa’ad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan lainnya. Mereka dianggap lebih pantas memimpin pasukan. Terlebih lagi musuh yang akan dihadapi adalah Romawi, yang dikenal pasukan besar di muka bumi saat itu.
Desas-desus itu rupanya didengar oleh Umar bin Khattab. Dia kemudian segera menemui Rasulullah. Mendengar kabar itu, Nabi Muhammad sangat bergegas menemui para sahabat di Masjid Nabawi. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, aku mendengar pembicaraan mengenai pengangkatan Usamah? Demi Allah, seandainya kalian menyaksikan kepemimpinannya, berarti kalian menyaksikan juga kepemimpinan ayahnya, Zaid bin Haritsah. Demi Allah Zaid sangat pantas memegang pimpinan, begitu pula dengan putranya Usamah.”
Beliau melanjutkan, “Jika ayahnya sangat aku kasihi, putranya pun demikian. Mereka orang baik. Hendaklah kalian memandang baik mereka berdua. Mereka juga sebaik-baik manusia di antara kalian.”
Nabi SAW lalu kembali ke rumahnya. Mendengar perkataan Rasul, kaum Muslimin mulai datang bergabung dengan pasukan Usamah.
Sebelum berangkat ke medan perang, terlebih dahulu Usamah menemui Rasulullah yang masih sakit. Ketika sang panglima termuda mencium wajah beliau, Rasul tak mengatakan apa pun selain mendoakan sekaligus mengusap kepala Usamah. Ternyata, itu adalah pertemuan terkahir Usamah dengan baginda Nabi Muhammad SAW.
Belum jauh pasukan bergerak. Kabar wafatnya Rasulullah datang, sehingga Usamah menghentikan laju pasukannya. Dia bersama Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bergegas ke rumah Nabi.
Singkat cerita, setelah Rasulullah SAW wafat, kaum muslim sepakat mengangkat Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah setelah melalui proses musyawarah. Abu Bakar lalu meminta Usamah bin Zaid kembali memimpin pasukan sebagaimana perintah Rasulullah.
Usamah kemudian bergerak bersama pasukannya dengan cepat meninggalkan Madinah. Setelah melewati beberapa daerah yang masih tetap memeluk Islam, akhirnya mereka tiba di Wadilqura. Usamah mengutus seorang mata-mata dari suku Hani Adzrah bernama Huraits. Ia maju meninggalkan pasukan hingga tiba di Ubna, tempat yang mereka tuju.
Hanya selama empat puluh hari kemudian, mereka kembali ke Madinah dengan sejumlah harta rampasan perang yang besar, dan tanpa jatuh korban seorang pun. Sejak saat itu, pamor Usamah bin Zaid kian benderang di kalangan para sahabat. Selain dikenal sebagai panglima pasukan termuda, ia juga adalah sahabat sekaligus putra sahabat yang dicintai Rasulullah SAW.
Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis
Editor: Moe