Spirit of Aqsa- Kepala Pertahanan Sipil Gaza Utara, Kolonel Ahmad Al-Kahlout, mengatakan, Puluhan ribu keluarga Palestina di Gaza Utara hidup dalam kondisi yang sangat buruk dan tragis. Mereka terpaksa mengungsi dan berjalan tanpa arah di jalan-jalan setelah dipaksa keluar dari rumah mereka oleh tentara Israel.
Situasi ini terjadi di tengah pengepungan yang sudah berlangsung selama 18 hari, tanpa makanan, air, dan obat-obatan.
Al-Kahlout juga menyebutkan bahwa setelah 18 hari pengepungan, tentara Israel memaksa evakuasi dari pusat-pusat penampungan yang padat, seperti di Beit Lahia, Sekolah Abu Hussein, dan Kamp Jabalia. Hal ini menyebabkan penduduk yang dievakuasi bergerak di jalan-jalan tanpa tempat aman untuk berlindung.
Al-Kahlout menambahkan, banyak mayat yang masih berada di bawah reruntuhan dan di jalanan karena tim medis dan penyelamat tidak bisa mencapainya akibat pengepungan dan serangan berkelanjutan dari tank-tank dan kendaraan militer Israel yang menargetkan bangunan-bangunan di daerah tersebut.
Dia mengungkapkan bahwa situasi kesehatan sangat memprihatinkan, dengan tiga rumah sakit utama di Gaza Utara yang dikepung oleh tentara Israel, termasuk Rumah Sakit Kamel Adwan yang hampir tidak dapat beroperasi lagi. Tank-tank Israel juga mengepung Rumah Sakit Al-Awda, melarang siapa pun keluar atau masuk, serta menargetkan daerah sekitar rumah sakit, sehingga korban jiwa dan cedera tidak dapat diselamatkan. Selain itu, Rumah Sakit Indonesia juga terkepung.
Jalur Kematian
Di Kota Gaza, Juru Bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, menggambarkan situasi di Gaza Utara sebagai “sangat buruk dan semakin memburuk setiap saat.” Ia menyebut ini sebagai upaya untuk “mengosongkan utara Gaza,” dan menambahkan bahwa pada Selasa pagi, tentara Israel mulai mengancam warga Beit Lahia dengan pesawat tak berawak dan tembakan artileri.
Ia juga mencatat bahwa ada banyak korban jiwa sejak pagi hari, karena tentara Israel memaksa warga Beit Lahia meninggalkan daerah tersebut melalui jalur yang menuju Rumah Sakit Indonesia. Namun, beberapa warga menolak untuk pergi dan mencoba menuju ke barat, tetapi mereka ditembaki oleh tentara Israel, menewaskan sedikitnya 12 orang.
Menurut Basal, tentara Israel memeriksa puluhan warga yang mengikuti jalur evakuasi, menculik beberapa di antaranya, sementara yang lainnya diperintahkan untuk melanjutkan perjalanan melalui Jalan Salahuddin menuju Gaza tengah. Namun, meskipun jalur ini diarahkan oleh tentara Israel, warga yang melewatinya tetap menjadi sasaran tembakan artileri, menyebabkan banyak korban jiwa dan cedera, tanpa ada bantuan medis yang bisa menjangkau mereka.
Basal menekankan bahwa meskipun tentara Israel menetapkan jalur evakuasi untuk warga Gaza Utara, mereka tetap menyerang warga yang mengikuti jalur tersebut.