Spirit of Aqsa- Ratusan warga Palestina terpaksa mengungsi dari pusat-pusat evakuasi di dekat Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia, Gaza Utara, menuju Kota Gaza setelah melewati jarak 8 kilometer dengan berjalan kaki, di bawah tekanan serangan militer Israel.
Pasukan Israel menyerbu pusat-pusat pengungsian dan menahan puluhan pria muda Palestina, sebelum memaksa sisanya berjalan menuju Gaza Selatan melalui Jalan Salahuddin. Namun, banyak dari pengungsi memilih untuk pergi ke Kota Gaza sebagai bentuk perlawanan terhadap rencana Israel untuk mengusir mereka.
Warga Palestina di Gaza Utara menyatakan bahwa pindah ke selatan berarti mereka tidak akan bisa kembali dalam waktu dekat, seperti yang dialami para pengungsi di wilayah selatan yang masih menunggu kepulangan mereka lebih dari setahun setelah serangan Israel di Gaza.
Selama lebih dari dua minggu, militer Israel terus melancarkan serangan brutal di Gaza Utara, menargetkan rumah sakit yang tersisa, termasuk Rumah Sakit Indonesia, yang juga menampung pengungsi dan pasien. Serangan ini menyebabkan pemadaman listrik di fasilitas medis tersebut.
Seorang jurnalis dari Anadolu Agency melaporkan bahwa para pengungsi tiba tanpa barang-barang penting mereka. Ketika ditanya alasannya, mereka mengatakan bahwa tentara Israel melarang mereka membawa barang apa pun saat meninggalkan tempat penampungan.
Pada Sabtu malam, tentara Israel melancarkan serangan darat baru di Gaza Utara, memperluas serangannya dengan mengerahkan Brigade Givati untuk memperkuat pasukan di sana.
Malam yang Mencekam
Wafa al-Kafarna, seorang pengungsi dari sekolah pengungsian dekat Rumah Sakit Indonesia, menggambarkan malam sebelumnya sebagai momen yang mencekam karena suara tembakan dan ledakan yang terus terdengar.
Ia mengatakan bahwa pada Sabtu pagi, tentara Israel mulai mengosongkan semua sekolah di daerah sekitar. Wanita diperlakukan dengan buruk, sementara para pengungsi terpaksa berjalan di bawah hujan peluru menuju rute yang ditentukan oleh militer.
Sementara itu, Umm Muhammad al-Masri, seorang pengungsi lainnya, menyaksikan sejumlah besar kendaraan militer Israel yang mengepung pusat-pusat pengungsian. Ia mengatakan ada sekitar 50-60 tank dalam satu lokasi, jumlah yang belum pernah ia lihat seumur hidupnya, serta banyak tentara Israel.
Penahanan dan Kekerasan
Iman Wadi, seorang wanita muda Palestina, tiba di Kota Gaza bersama ibu, anaknya, dan tiga saudara perempuannya. Ia menceritakan bahwa tentara Israel menyerbu sekolah pengungsian di dekat Rumah Sakit Indonesia pada Sabtu pagi.
Tentara memaksa semua pria dan remaja di atas 16 tahun untuk keluar dan berkumpul di lapangan. Mereka kemudian dipaksa berada di bawah ancaman senjata, dipukuli, dihina, dan kemudian dipindahkan ke lokasi yang tidak diketahui. Ayah, saudara, dan suaminya termasuk di antara mereka yang ditahan.
Anak-anak dan wanita diperintahkan untuk keluar dan mengikuti jalur menuju Gaza Selatan. Tentara Israel menebar ketakutan dengan mengancam akan menyerang mereka jika tidak menurut.
Kekejaman yang Terus Berlanjut
Sementara itu, seorang pengungsi lainnya, Muhammad Abdul Hadi, berhasil lolos dari penahanan Israel. Ia menggambarkan bagaimana mereka dipaksa berkumpul, matanya ditutup, dan dibawa ke sebuah bangunan. Beberapa dari mereka dibebaskan, namun banyak lainnya tetap ditahan tanpa kejelasan nasib.
Menurut Abdul Hadi, sejumlah pengungsi, termasuk anak-anak, mengalami pemukulan brutal oleh tentara Israel, menyebabkan beberapa dari mereka kehilangan kesadaran.
Di lokasi lain, pengungsi Shaima al-Tali menyaksikan tentara Israel menggiring pria Palestina ke sebuah lubang besar di dekat pusat pengungsian dan menembak secara acak. Ia tidak bisa memastikan apakah tindakan itu adalah eksekusi atau upaya untuk menakuti.
Penghancuran yang Didukung Amerika
Serangan Israel yang didukung penuh oleh Amerika Serikat telah menyebabkan lebih dari 142 ribu warga Palestina menjadi korban, dengan lebih dari 10 ribu hilang di tengah kehancuran yang meluas dan bencana kemanusiaan yang mematikan. Meski Dewan Keamanan PBB dan Mahkamah Internasional telah memerintahkan penghentian kekerasan ini, Israel terus mengabaikannya.
Sumber: Anadolu Agency