Spirit of Aqsa- Pertahanan Israel mengalami kegagalan besar pada Selasa (1/10/2024) untuk pertama kalinya sejak perang antara kelompok perlawanan rakyat Lebanon dan militer Israel pada 8 Oktober 2023. Hal ini terjadi setelah serangan rudal balistik jarak jauh yang ditembakkan dari Lebanon menuju wilayah Tel Aviv.

Sebelumnya, sirene peringatan terdengar berulang kali di lebih dari 100 kota di Israel yang dihuni sekitar satu juta penduduk. Kota-kota tersebut meliputi wilayah Haifa, Safed, Galilea Atas, dan permukiman di Dataran Tinggi Golan yang diduduki. 

Dalam kurun waktu 12 jam, puluhan rudal dan drone bersenjata diluncurkan dari Lebanon. Sistem pertahanan Israel gagal mencegat sebagian dari serangan tersebut, yang menyebabkan kerusakan properti dan kebakaran di area hutan yang luas.

Peluncuran 10 rudal balistik secara bersamaan oleh Hizbullah mengejutkan militer Israel, yang tengah mempersiapkan invasi darat terbatas di Lebanon selatan. Sirene peringatan di pusat Israel juga menimbulkan kepanikan, memaksa sekitar 3 juta penduduk Israel mencari perlindungan di tempat-tempat aman.

Tiga dari rudal balistik tersebut berhasil dicegat di atas wilayah Tel Aviv. Serangan ini mengingatkan warga Israel akan ancaman besar dari persenjataan Hizbullah, terutama setelah euforia yang mereka rasakan pasca pembunuhan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, melalui serangan udara Israel di Beirut pada Jumat lalu.

Kekacauan di Jalan Raya “Trans-Israel”

Karena pengawasan militer yang ketat, pemerintah Israel tidak mengungkap lokasi jatuhnya rudal balistik yang untuk pertama kalinya menyasar area permukiman padat. Hizbullah mengklaim bahwa rudal-rudal mereka, yang merupakan jenis “Fadi 4,” menargetkan pangkalan intelijen militer 8200 di “Glilot” dan markas besar Mossad di pinggiran Tel Aviv.

Sejalan dengan pengawasan tersebut, media Israel melaporkan bahwa tiga rudal berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara, namun pecahan rudal jatuh di beberapa kota di utara Tel Aviv, melukai beberapa warga dan menyebabkan kebakaran di area hutan.

Pecahan rudal tersebut juga menyebabkan penutupan Jalan Raya 6, yang dikenal sebagai “Trans-Israel.” Jalan ini mengalami kemacetan panjang hingga puluhan kilometer, menyebabkan penutupan banyak jalan menuju Tel Aviv dan melumpuhkan aktivitas ratusan ribu warga selama beberapa jam, hingga sisa-sisa rudal dibersihkan dan kebakaran berhasil dipadamkan.

Jalan ini, yang menghubungkan wilayah utara dan selatan Israel, mengalami kekacauan meskipun merupakan jalur vital, terutama dalam situasi darurat dan perang, karena digunakan militer Israel untuk mengangkut peralatan dan persenjataan ke garis depan.

Pembatasan dan Instruksi Baru

Serangan rudal balistik terbaru dari Hizbullah memaksa Komando Pertahanan Dalam Negeri Israel mengeluarkan instruksi ketat yang juga mencakup wilayah Tel Aviv dan Yerusalem. Pembatasan ini melarang pertemuan lebih dari 30 orang di area terbuka, serta membatasi pertemuan hingga 300 orang di area tertutup. Instruksi ini berlaku hingga Sabtu malam.

Pembatasan ini juga berlaku di wilayah Galilea Atas, Dataran Tinggi Golan, permukiman Tepi Barat, dan Haifa, yang sudah diberlakukan sebelumnya. Aktivitas sekolah, universitas, dan tempat kerja hanya diperbolehkan berlangsung di lokasi yang memiliki akses ke tempat perlindungan selama peringatan serangan. Pekerjaan di tempat yang tidak memiliki akses ke ruang perlindungan dilarang, dan pantai-pantai juga ditutup. Penutupan Bandara Ben Gurion masih dalam pertimbangan.

Menjelang perayaan Tahun Baru Yahudi yang jatuh pada Rabu dan Kamis, pembatasan juga akan diberlakukan di sinagog-sinagog besar dan Tembok Ratapan, di mana acara besar bertajuk “Toleransi Besar” direncanakan. Namun, acara ini hanya akan diizinkan dihadiri sekitar 1.000 orang, dibandingkan dengan ratusan ribu biasanya.

Keraguan Terhadap Efektivitas Tempat Perlindungan

Di tengah ancaman yang terus meningkat dan perluasan jangkauan serangan Hizbullah, surat kabar Globes mempertanyakan apakah tempat perlindungan umum dan ruang aman yang dibangun pada 1990-an masih mampu melindungi warga Israel.

Menurut jurnalis Globes yang meliput masalah properti, Erich Mirowski, Israel memutuskan setelah Perang Teluk pada 1988 untuk mengganti konsep pertahanan dalam negeri dari tempat perlindungan umum ke tempat perlindungan pribadi di rumah-rumah dan apartemen. Namun, setelah lebih dari 30 tahun, tidak ada jaminan bahwa perlindungan ini masih efektif.

Mirowski juga mencatat bahwa banyak tempat perlindungan pribadi di rumah dan apartemen tidak dirawat dengan baik, sehingga ketika diperlukan, perlindungan tersebut mungkin tidak bisa diandalkan untuk melindungi warga.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here