Spirit of Aqsa- Pakar militer dan strategis Kolonel Hatim Al-Falahi menjelaskan, operasi di pos perbatasan Al-Karamah/Allenby/Raja Hussein merupakan kegagalan intelijen dan pihak keamanan Israel.
Dalam insiden tersebut, tiga pemukim Israel terbunuh akibat tembakan dekat Jembatan Raja Hussein. Israel sebenarnya telah menerapkan keamanan dan siaga tinggi sejak 7 Oktober 2023, tapi bisa kecolongan oleh seorang sopir truk.
“Perencanaan untuk operasi yang dilakukan dekat Jembatan Raja Hussein dilakukan secara independen dan tidak dapat dideteksi oleh aparat keamanan, serupa dengan kejadian baru-baru ini di pos keamanan timur Jembatan Tarkoumia di barat Hebron, selatan Tepi Barat, yang mengakibatkan terbunuhnya tiga anggota kepolisian pendudukan dan pasukan penjaga perbatasan Israel,” ujar Hatim, dikutip Al Jazeera, Senin (9/9/2024).
Menurut Kolonel Al-Flahe, operasi ini memiliki makna khusus dari segi waktu dan lokasi. Dari segi waktu, militer Israel menghadapi kesulitan besar, terbukti dengan rekomendasi dari aparat keamanan Israel yang meminta penghentian perang di Gaza dan restrukturisasi militer agar dapat menghadapi ancaman dari berbagai front, termasuk front utara dengan Lebanon dan serangan Iran yang akan datang.
Dari segi lokasi, area tempat operasi dilakukan relatif tenang selama periode tersebut, sehingga serangan kali ini datang dari front yang tidak terduga oleh Israel dan angkatan bersenjatanya. Kolonel Al-Flahe mencatat bahwa ada sektor-sektor hampir lengkap yang bekerja di area tersebut, terkait dengan Komando Wilayah Tengah militer Israel, yang terdiri dari Divisi 877, Divisi 340, dan Divisi 98 yang terlibat dalam pertempuran di Gaza.
Al-Falahi memperkirakan bahwa akan ada operasi lain terhadap pendudukan Israel di masa depan, dan mengatakan bahwa aparat keamanan Israel memperkirakan bahwa operasi semacam ini akan terus berlanjut, mengingat perang yang sedang berlangsung di Gaza dan pembantaian yang dilakukan di sana.