Spirit of Aqsa, Burssels – Komisi Eropa menyatakan keprihatinannya terhadap niat Serbia dan Kosovo yang akan memindahkan kedutaan besar mereka dari Tel Aviv ke kota al-Quds atau Yerusalem yang diduduki penjajah Israel. Hal itu membayangi dimulainya kembali pembicaraan bergabungnya kedua negara tersebut ke Uni Eropa.
Juru bicara Komisi Eropa, Peter Stano, pada konferensi pers hari Senin (7/9), mengatakan bahwa sikap Uni Eropa yang menolak pemindahan kedutaan besar ke al-Quds atau Yerusalem tidak berubah. Dia menyatakan, tidak ada kedutaan besar dan tidak ada perwakilan negara anggota Uni Eropa di Yerusalem.
Dia menegaskan bahwa Uni Eropa mendukung solusi dua negara terkait “masalah Palestina-Israel”.
Dia menjelaskan bahwa Serbia melanjutkan pembicaraan untuk bergabung dengan Uni Eropa. Dia menyatakan bahwa langkah-langkah yang menimbulkan keraguan pada sikap bersama Uni Eropa terkait al-Quds atau Yerusalem mengkhawatirkan dan menyedihkan.
Sebelumnya Otoritas Palestina telah menyatakan kecamannya atas persetujuan pemerintah Serbia dan Kosovo untuk membuka kedutaan besar, konsulat, atau perwakilan kedua negara tersebut di al-Quds atau Yerusalem yang diduduki penjajah Israel. Otoritas Palestina menilai, langkah tersebut sebagai “permusuhan terang-terangan dan tidak dapat dibenarkan terhadap rakyat Palestina dan isu mereka serta hak nasional mereka yang adil dan sah.”
Pada hari Jumat (4/9), Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Serbia berkomitmen untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem, sementara Kosovo dan pendudukan Israel setuju untuk melakukan normalisasi dan menjalin hubungan diplomatik.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan, juga pada hari Jumat, bahwa negara bagian Serbia dan Kosovo bermaksud untuk memindahkan kedutaan mereka ke Yerusalem.