Indonesiainside.id- Di Jalur Gaza Utara, kelaparan semakin parah. Masyarakat setempat sudah kekurangan sayur, buah, dan daging dan membuat mereka hanya bisa mengandalkan roti. Harga bahan makanan melonjak tajam, dengan harga satu kilogram paprika hijau mencapai 320 shekel (sekitar 90 dolar), dibandingkan hanya sekitar satu dolar sebelum perang. Bawang dijual hingga 70 dolar per kilogram.

“Kami mengalami kelaparan dan seluruh dunia melupakan kami,” kata Ummu Muhammad, seorang ibu enam anak di Jalur Gaza utara, dikutip Aljazeera, Sabtu (15/6/2024).

Ummu Muhammad dan keluarga tinggal di Jalur Gaza Utara selama lebih dari delapan bulan di tengah operasi militer Israel. Dia sering kali berpindah ke tempat pengungsian di sekolah-sekolah PBB. “Kami hanya punya tepung dan roti, tidak ada yang bisa dimakan dengan roti, hanya makan roti saja,” ujarnya.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, banyak warga Gaza menghadapi tingkat kelaparan yang sangat parah. Lebih dari 8.000 anak di bawah usia lima tahun telah didiagnosis dan dirawat karena malnutrisi berat, termasuk 1.600 anak yang mengalami malnutrisi akut.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan, 27 anak meninggal karena malnutrisi sejak awal serangan Israel pada Oktober lalu. Kementerian memperingatkan, krisis kemanusiaan besar sedang melanda Gaza Utara.

Komite Darurat Pusat Kamar Dagang Industri Pertanian Gaza mengeluarkan pernyataan mendesak kepada komunitas internasional untuk menekan agar perang diakhiri, blokade dicabut, dan bantuan kemanusiaan dapat masuk.

Mereka menyoroti kekurangan bahan makanan, air, obat-obatan, bahan kebersihan, bahan bakar, listrik, serta layanan kesehatan yang runtuh akibat serangan Israel, yang memperburuk kondisi hidup di Gaza Utara.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here