Spirit of Aqsa– “Ruangan di rumahku lebih baik daripada sejuta tenda,” kata Hadil Al-Arawi kepada suaminya, Abu Yazan, ketika mengusulkan untuk kembali ke rumah mereka yang hancur di kota Khan Yunis, Jalur Gaza selatan. Dia mengusulkan itu setelah penarikan pasukan Israel.

Hadil dan keluarganya termasuk yang pertama kembali ke kota tersebut bulan lalu. Menurutnya, “Khan Younis yang kami kenal sudah tidak ada. Kami terkejut melihat kehancuran yang begitu besar, kehidupan di sana sangat menakutkan, hingga penduduk mulai saling mendukung untuk kembali.”

Selama sekitar dua bulan, Hadil, suami, dan empat anak mereka tinggal di tenda kecil di daerah Mawasi, barat Khan Younis, setelah terusir akibat invasi Israel pada Desember tahun lalu. Dia menggambarkan kehidupan di tenda sebagai “keras dan menyedihkan”.

Khan Yunis seperti Kota Mati

Ketika kembali ke apartemen mereka di gedung keluarga suaminya di Jalan Bahar yang mengarah ke Kompleks Medis Nasser, Hadil mendapati apartemennya hancur. Dia mengatakan, “Pemandangan gedung sangat mengejutkan, kerusakan besar, pintu dan jendela hancur, dinding lenyap, dan jalanan tampak seperti dilanda gempa. Rasanya seperti memasuki gua gelap dan menakutkan.”

Hadil tinggal di lantai paling atas gedung berlantai tiga tersebut. Dia terkejut melihat kerusakan yang ditimbulkan oleh tentara Israel yang menjadikan tempat itu sebagai “barak militer”. Meski demikian, Hadil segera bangkit.

“Saya sudah menghitung baik-baik, tidak ragu untuk kembali ke apartemen saya. Meskipun rusak, ruangan di sini lebih baik daripada tenda yang tidak memiliki privasi, panas, dan penuh penyakit,” katanya, dikutip Aljazeera, Selasa (28/5/2025).

Meski begitu, dia merasa bangga karena Khan Yunis mulai hidup kembali. Warga yang sebelumnya mengungsi ke Rafah berangsur kembali. Itu menjadikan kota yang diluluhtantahkan militer Israel tersebut perlahan mulai hidup lagi.

Kembali Hidup

Abu Yazan menggambarkan Khan Younis sebagai kota yang hancur dan seperti kota hantu.  Namun, kehidupan mulai bangkit dalam tiga pekan terakhir dengan kembalinya banyak warga.

Estimasi internasional dan lokal menunjukkan sekitar 900 ribu warga Palestina mengungsi dari Rafah akibat operasi darat. Sebagian besar dari mereka berlindung di tenda di kawasan pesisir Mawasi yang membentang dari Rafah hingga Deir Al-Balah di tengah Jalur Gaza, hingga tak ada lagi tempat yang tersisa karena tenda-tenda berdempetan dan kepadatan tinggi.

Dalam pekan-pekan awal kepulangan ke Khan Younis, Abu Yazan berjuang untuk memenuhi kebutuhan harian keluarganya. Dia harus menempuh jarak jauh untuk membeli sayuran dan mengambil air bersih untuk minum serta air asin untuk keperluan rumah tangga lain.

Kini, Abu Yazan mulai terbebas dari kesulitan ini dengan hadirnya kios-kios sayuran dan stasiun penjualan air bersih serta air asin yang lebih dekat. Namun, dia mengeluhkan harga yang tinggi, yang diperparah oleh krisis likuiditas.

Lantaran kerusakan infrastruktur yang parah, Khan Younis tidak memiliki jaringan air atau saluran pembuangan, dan penduduk menghadapi buruknya layanan komunikasi serta internet. Mereka terpaksa menggunakan alternatif yang mahal untuk kebutuhan sehari-hari.

Langkah Darurat

Untuk mengatasi biaya hidup yang tinggi, Muhammad Hamad membuka oven tradisional di depan rumahnya yang hancur di Khan Younis. Dia membuat roti untuk tetangganya dengan bayaran yang rendah.

Dia mengatakan, usaha ini membantu memenuhi kebutuhan dasar keluarganya yang terdiri dari empat orang. Dia dibantu oleh saudara iparnya, Omar Al-Masri, yang tinggal bersama bersama keluarganya yang terdiri dari 10 orang setelah rumah mereka hancur di daerah Joura Al-Aqad di kota tersebut.

Muhammad dan Omar tidak memerlukan waktu lama untuk memperkenalkan usaha kecil mereka, dan setiap hari mereka dikunjungi oleh pelanggan dari lingkungan sekitar dan daerah lain, di tengah krisis bahan bakar dan gas masak yang semakin parah sejak penutupan dan pendudukan perlintasan Rafah.

Mereka mengumpulkan banyak kayu dari reruntuhan yang ditinggalkan oleh pasukan pendudukan untuk digunakan sebagai bahan bakar oven.

Krisis bahan bakar juga berdampak pada taksi yang sebagian besar berhenti beroperasi, digantikan oleh gerobak yang ditarik hewan yang kini menjadi alat transportasi umum di jalan-jalan Khan Younis yang hancur.

Omar mengatakan, warga Khan Younis kembali ke kota dan menyaksikan kehancuran yang ada, namun bencana sebenarnya lebih besar. Di beberapa daerah, air limbah meluap di jalan-jalan karena infrastruktur bawah tanah dan permukaan dihancurkan oleh pendudukan, dan dengan kembalinya penduduk, masalah ini akan semakin terlihat.

Kementerian Kesehatan dan organisasi medis internasional berhasil mengoperasikan sebagian dari Kompleks Medis Nasser, yang dijarah oleh pasukan pendudukan selama invasi darat mereka ke Khan Younis.

Namun, fasilitas ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan penduduk dan melanjutkan operasi dalam menghadapi dampak perang, dengan kekhawatiran dan peringatan bahwa krisis bahan bakar dapat menyebabkan penghentian total operasional.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here