Spirit of Aqsa- Kuburan massal ketiga ditemukan di Rumah Sakit al-Shifa, Kota Gaza, Jalur Gaza utara. Beberapa di antaranya berisi mayat tanpa kepala. Petugas kesehatan Gaza menemukan setidaknya 49 jenazah di sebuah fasilitas yang sebelumnya digerebek oleh pasukan Israel.
Motassem Salah, kepala unit gawat darurat di RS al-Shifa, mengatakan kepada wartawan: “Kuburan massal ketiga ditemukan di dalam rumah sakit ini pada hari Rabu.” Militer Israel belum berkomentar.
Menurut kantor media Gaza, temuan ini semakin menguatkan indikasi kejahatan perang Israel setelah militer Zionis melakukan pengepungan terhadap RS tersebut pada Maret lalu. Penemuan baru ini menambah jumlah kuburan massal menjadi tujuh titik, di antara tiga rumah sakit di Gaza—yang berisi sekitar 520 jenazah pria, wanita, dan anak-anak.
“Kami mengutuk keras kejahatan genosida dan pembunuhan terus-menerus yang dilakukan oleh tentara pendudukan terhadap rakyat Palestina kami,” kata kantor media tersebut, seperti dikutip The Hill, Jumat (10/5/2024).
“Kami menganggap pemerintah AS, komunitas internasional dan pendudukan [Israel] bertanggung jawab penuh atas kuburan massal dan agresi terang-terangan ini.” PBB menyerukan penyelidikan akhir bulan lalu setelah kuburan massal pertama ditemukan di RS al-Shifa, RS Nasser di Khan Younis dan RS Kamal Adwan di Gaza utara.
Kuburan massal tersebut berisi beberapa orang yang ditelanjangi dengan tangan terikat, yang semakin meningkatkan kekhawatiran mengenai potensi kejahatan perang, kata PBB. “Mayat-mayat tersebut terkubur jauh di dalam tanah dan ditutupi dengan limbah,” kata PBB.
Pakar hak asasi manusia (HAM) PBB mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Senin bahwa mereka ngeri atas laporan tersebut, dan menambahkan bahwa banyak dari mayat yang ditemukan dilaporkan menunjukkan tanda-tanda penyiksaan dan eksekusi mendadak, dan kemungkinan adanya orang yang dikubur hidup-hidup.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel pada akhir bulan lalu menyebut laporan kuburan massal tersebut sangat meresahkan. Dia mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden telah mempertanyakan pemerintah Israel tentang hal tersebut.