Spirit of Aqsa, Palestina- Suara-suara peringatan meninggi tentang pelaksanaan rencana Israel untuk membagi Masjid Al-Aqsa secara waktu dan tempat. Para pemukim Israel setiap hari menginvasi masjid dari pintu Maghrib di Tembok Barat untuk melaksanakan rencana lama-baru ini.

Mengutip Aljazeera, pemukim Israel masuk ke Masjid Al-Aqsa dua kali sehari, pertama pada pagi hari antara jam 07.00 dan 11.00, melibatkan 90 hingga 100 pemukim Israel setiap hari dengan pengamanan ketat dari pasukan Israel. Sementara pada sore hari yang ditiadakan selama Ramadan dilakukan antara jam 01:30 dan 02:30.

Pakar urusan Al-Quds dan pemukiman, Dr. Khalil al-Tafakji, menyatakan, pembagian spasial Masjid Al-Aqsa dimulai sejak 2000 setelah Pemerintah Palestina ditarik dari Wakaf Islam di Al-Quds. Pembagian spasial adalah masalah politik dengan jubah agama.

“Pihak Israel ingin mengendalikan tempat ini dengan mendirikan sinagoge di sana. Gerbang Rahmah di Masjid Al-Aqsa, menurut pandangan zionis, akan digunakan oleh Mesias yang dijanjikan untuk mendirikan Bait Suci menggantikan Kubah Batu,” kata Khalil.

Anggota Dewan Wakaf Islam di Al-Quds, Mustafa Abu Sway, menjelaskan, Masjid Al-Aqsa adalah semua yang terlihat, dinding-dindingnya, apa pun yang ada di langit dan halaman-halaman, dan bagian-bagian yang ada di bawah tanah, bukan hanya Kubah Batu atau Masjid Qibliah.

“Ada perbedaan antara Masjid Ibrahim dan Masjid Al-Aqsa. Setelah pembantaian Masjid Ibrahim, masjid dibagi, 64% dari bangunan masjid untuk Yahudi dan selama 10 hari dalam setahun, umat Islam dilarang masuk, serta larangan adzan ratusan kali, menunjukkan bahwa pembagian waktu dan tempat sudah ada,” kata Mustafa.

Situasi berbeda di Masjid Al-Aqsa. Sebelum 2000, Direktorat Wakaf Islam di Al-Quds bertanggung jawab atas kunjungan turis asing. Tetapi situasinya berubah setelah gagasan mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, tentang pemisahan dari orang Palestina sehingga tidak ada turis yang masuk antara 2000 dan 2003.

Polisi Isael mengubah situasi pada 2003 tanpa berkoordinasi dengan Wakaf Islam. Mustafa menegaskan, ketika polisi mengambil keputusan tentang Masjid Al-Aqsa, “ini berarti itu berasal dari kantor perdana menteri, dan sebagian besar pemerintah yang memimpinnya adalah Benjamin Netanyahu.”

Situasi Lapangan

Aljazeera melaporkan¸ 55 ribu jamaah melaksanakan salat Tarawih pada malam kedelapan Ramadan. Imam mendoakan warga Jalur Gaza yang tengah mengalami pembantaian dan jadi korban perang kelaparan yang dilancarkan Israel.

Situasi di gerbang Masjid Al-Aqsa mulai berbeda dibandingkan awal Ramadan. Sejumlah pemuda Palestina berhasil masuk ke dalam masjid, meski mendapat tekanan yang dari polisi Israel.

Di sisi lain, polisi Israel tidak tertarik untuk melakukan kontak langsung dengan jamaah, dan cukup dengan pemeriksaan yang dipilih secara acak terhadap warga Palestina yang keluar dari Masjid Al-Aqsa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here