Spirit of Aqsa, Palestina- Kurang dari 24 jam setelah memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza, pemerintahan Presiden Joe Biden meminta otoritas darurat untuk mengizinkan pengiriman segera sekitar 14.000 peluru tank ke Israel. Pengiriman itu dilakukan tanpa melalui tinjauan kongres.
Departemen Pertahanan AS mengumumkan, Presiden Biden menggunakan otoritas darurat untuk mengizinkan pengiriman peluru tank ke Israel tanpa tinjaun Kongres. Pada Jumat, Departemen Luar Negeri menggunakan deklarasi darurat untuk mengekspor cangkang tank senilai $106,5 juta dan mengirim ke Israel, menurut pernyataan Pentagon.
Pada Jumat, pemerintahan Biden juga meminta Kongres untuk menyetujui paket senjata yang lebih besar senilai lebih dari $500 juta, yang terdiri dari 45.000 peluru untuk tank Merkava Israel yang banyak digunakan dalam perluasan serangan darat Israel di Jalur Gaza.
Congressional Research Service juga merilis aporan pada 30 November, pemerintahan Biden telah mempercepat pengiriman senjata AS ke Israel sejak 7 Oktober. Di antaranya:
- Bom berdiameter kecil (250 lbs).
- Rudal pencegat untuk mengisi kembali Iron Dome Israel (sistem anti-roket, mortir, dan artileri jarak pendek yang didukung oleh Amerika Serikat).
- Joint Direct Attack Munitions (JDAMs) – Sebuah peralatan yang mengubah senjata tidak terarah menjadi bom terpandu.
- Peluru artileri 155 mm.
Pemerintahan Biden juga mengirimkan 2.000 rudal Hellfire berpemandu laser ke helikopter serang Apache Israel, bersama dengan 36.000 butir amunisi 30 milimeter yang akan ditembakkan dengan senjata Apache, kata laporan itu.
Laporan yang sama merujuk pada permintaan Israel dari Amerika Serikat untuk mendapatkan:
- 57.000 peluru artileri berdaya ledak tinggi 155 mm.
- 20.000 senapan M4A1.
- 5000 perangkat penglihatan malam.
- 3000 amunisi M141.
- 400 peluru mortir 120 mm.
- 75 kendaraan taktis ringan gabungan TNI Angkatan Darat dan Korps Marinir.
Sumber: Aljazeera