Spirit of Aqsa, Gaza- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai Jalur Gaza sudah berada di ambang bencana kesehatan masyarakat. Ada banyak faktor penyebab, di antaranya kepadatan pasien, pengungsian massal, dan krisis air akibat agresi zionis Israel.
Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengonfirmasi hitungan mundur penghentian generator utama di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Indonesia pada Rabu (1/11). Maka itu, Kemenkes menyerukan kepada Mesir untuk membuka perbatasan Rafah di Jalur Gaza untuk membawa bantuan.
Selain itu, Kemenkes juga mengumumkan, tentara penjajah Israel menargetkan Rumah Sakit Persaudaraan Turki-Palestina pada Selasa (31/10). Para pasien dan staf medis di rumah sakit tersebut meminta Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk “menghentikan” serangan Israel yang telah menargetkan rumah sakit dan sekitarnya selama berhari-hari. Mereka memperingatkan serangan Israel “membahayakan nyawa pasien dan staf.”
Kementerian Kesehatan di Gaza mengimbau warga untuk pergi ke rumah sakit di Jalur Gaza untuk mendonorkan darahnya, mengingat meningkatnya jumlah korban jiwa dan luka akibat pemboman Israel.
Kematian Bayi
Jurubicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Christian Lindmeier, memperingatkan risiko kematian warga sipil sebagai akibat tidak langsung dari pemboman Israel. “Bencana kesehatan masyarakat yang akan segera terjadi akibat pengungsian massal, kepadatan penduduk, dan kerusakan infrastruktur,” katanya kepada wartawan.
Ketika ditanya apakah orang-orang meninggal karena komplikasi selain yang disebabkan oleh pemboman tersebut, Lindmeier mengatakan, “Mereka memang meninggal.”
Jurubicara Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), James Elder, juga memperingatkan risiko tingginya angka kematian bayi akibat kekeringan dengan hanya 5% pasokan air yang tersedia.
“Kematian anak-anak, terutama bayi, akibat dehidrasi merupakan ancaman yang semakin besar,” ujarnya seraya menambahkan bahwa anak-anak bisa jatuh sakit karena minum air garam.
Dia menambahkan, sekitar 940 anak hilang di Gaza, dan beberapa dari mereka diyakini berada di bawah reruntuhan.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan, pasokan air ke Gaza selatan dihentikan “untuk alasan yang tidak diketahui”. Dia menyerukan agar bahan bakar dapat dibawa ke Gaza untuk mengoperasikan pabrik desalinasi.