Spirit of Aqsa, Palestina- Situasi memang tampak normal di Tel Aviv, kota yang dijajah Israel. sebagian warga masih melakukan olahrga seperti jongging dan mengendarai sepeda. Namun, mereka tidak bisa menyembunyikan ketakutan. Tidak ada lagi ketenangan yang mereka rasakan.
Menurut Al Jazeera, saat bertemu dan bertanya kepada warga Israel, mereka akan langsung menceritakan keterkejutan karena tiba-tiba terperangkap dalam ‘risiko besar’. Mereka sudah kehilangan kepercayaan terhadap sistem dan aparat keamanan Israel setelah Hamas melancarkan operasi Taufan Al-Aqsa.
Ravit Stein, warga Israel berusia 50 tahun, yang bekerja di bidang asuransi, mengatakan sambil berjalan-jalan dengan anjingnya (di pusat Tel Aviv), “Saya belum pernah merasakan tingkat kelemahan dan bahaya seperti ini sebelumnya.”
Sejak perang Israel di Gaza, sirene telah dibunyikan berulang kali sepanjang hari di seluruh kota untuk memperingatkan kemungkinan serangan roket dari Hamas. Salvo roket tiba setiap hari pada pukul sembilan malam waktu setempat.
Ibu rumah tangga tersebut menegaskan bahwa mereka “berhasil membuat kami merasa berada dalam bahaya,” tanpa secara eksplisit menyebutkan nama Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).
“Aku akan membeli senjata.”
Sementara itu, pakar pemrograman komputer Ofer Kadosh (46 tahun), mengatakan setelah jogging di pantai yang sepi meskipun ada hari libur Sabat Yahudi, “Kami telah kehilangan kepercayaan terhadap sistem keamanan kami. Bagaimana tidak?”
“Akan memakan waktu lama untuk memulihkan kepercayaan ini, dan sampai saat itu tiba, saya akan membeli senjata.”
Knesset menyetujui prosedur hukum baru untuk mempersenjatai warga sipil, dan sidang parlemen mengungkapkan, sejak operasi Taufan Al-Aqsa sekitar 41.000 warga Israel telah mengajukan izin untuk memiliki senjata, dibandingkan dengan sekitar 38.000 warga Israel setiap tahun.
Perasaan terancam dan kurang percaya diri juga dirasakan oleh Michel Haddad, warga Prancis-Israel berusia 63 tahun yang berimigrasi ke Israel pada awal 1980-an dari Marseille.
“Saya selalu berhaluan kiri dan tidak pernah melewatkan demonstrasi apa pun yang memprotes proyek reformasi peradilan pada pemerintahan Benjamin Netanyahu. Saya tidak pernah berpikir bahwa suatu hari akan tiba ketika saya berpikir bahwa seseorang di keluarga saya akan membeli sebuah senjata untuk perlindungan,” katanya.
Dia mengatakan, sejak 7 Oktober putrinya tidur dengan dua pisau di atas meja, selain tongkat baseball. Dia tidak berhenti memeriksa apakah pintu terkunci rapat dan mengawasi jalan dari apartemen lantai sembilan.
Ketika rumor kemungkinan serangan menyebar, jurubicara polisi dan tentara, Jenderal Daniel Hageri, terpaksa mengimbau warga untuk tetap tenang dan tidak memperhatikan apa yang dipublikasikan di media sosial.
Warga membeli papan kayu untuk memperkuat pintu masuk apartemen dan rumahnya serta mencegahnya dibuka dari luar.