Spirit of Aqsa, Jakarta- Kedutaan Besar (Kedubes) Palestina di Jakarta mengatakan, zionis Israel bertanggung jawab penuh atas eskalasi pertempuran yang kini sedang berlangsung di Jalur Gaza. Mereka menilai, penderitaan yang dialami masyarakat Palestina disebabkan kegagalan dunia dalam mengembalikan hak-hak rakyat Palestina.
“Kehancuran yang menimpa warga sipil di Jalur Gaza sangatlah mengerikan. Impunitas internasional yang diberikan kepada Israel merupakan penghinaan moral, politik, dan hukum terhadap kemanusiaan dan kesusilaan serta prinsip-prinsip hukum internasional,” kata Kedubes Palestina untuk Indonesia dalam keterangan tertulisnya, Senin (9/10/2023).
Kedubes Palestina menekankan, Israel bertanggung jawab penuh atas situasi yang tengah berlangsung saat ini. “Karena mereka bersikeras menahan rakyat Palestina dan merampas hak-hak mereka selama lebih dari setengah abad,” ucapnya.
Kedubes Palestina mengatakan, Israel telah secara ilegal menggunakan kekerasan, ancaman, perampasan tanah, penganiayaan, hukuman kolektif terhadap warga Palestina. Israel mengabaikan hak-hak dasar rakyat Palestina.
“Kami berada di situasi ini akibat dari kegagalan dunia mengembalikan hak-hak rakyat Palestina. Pernyataan-pernyataan sederhana yang mengabaikan kehidupan dan hak-hak warga Palestina serta mendorong pelanggaran terhadap hal-hal tersebut harus dihentikan,” kata Kedubes Palestina.
Mereka menegaskan, sebagai penjajah, Israel tidak berhak menjadikan warga sipil yang tak berdaya di Jalur Gaza dan wilayah Palestina lainnya sebagai target. Serangan balasan terhadap warga sipil dengan menggunakan persenjataan lengkap merupakan tindakan ilegal di mata hukum kemanusiaan internasional dan harus dihentikan.
“Dengan adanya deklarasi perang secara terbuka oleh Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza, situasi yang semakin memburuk yang dihadapi rakyat Palestina di bawah pendudukan kolonial Israel, dan rezim apartheid di seluruh wilayah Palestina, termasuk Yerusalem Timur, maka komunitas internasional harus segera melakukan intervensi dam memberikan perlindungan internasional kepada rakyat Palestina,” kata Kedubes Palestina.
“Rakyat Palestina akan terus membela diri mereka, rumah mereka, dan hak dasar mereka untuk hidup dalam kebebasan dan bermartabat, bebas dari penjajahan, apartheid, dan penganiayaan,” tambah Kedubes Palestina.
Pada Sabtu (7/10/2023) lalu ratusan anggota Hamas berhasil melakukan infiltrasi ke wilayah Israel yang berbatasan dengan Jalur Gaza. Infiltrasi dilakukan sesaat setelah Hamas meluncurkan serangan roket. Militer Israel memperkirakan terdapat sekitar 3.500 roket yang ditembakkan dari Gaza.
Ratusan anggota Hamas yang berhasil memasuki wilayah Israel kemudian melakukan serangan ke beberapa kota di dekat perbatasan Gaza. Hamas dilaporkan melakukan penyerbuan ke 22 lokasi di Israel selatan pada Sabtu pagi, termasuk kota-kota dan komunitas kecil sejauh 24 kilometer dari perbatasan Gaza. Pada momen tersebut, serangan roket juga tetap dilancarkan dari Gaza ke wilayah Israel selatan dan tengah.
Hamas menyebut serangan roket dan infiltrasi ke Israel sebagai Operation Al Aqsa Flood. Mereka mengatakan, operasi itu diluncurkan sebagai respons atas penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan pemukim. Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), hingga berita ini ditulis, lebih dari 700 warga Israel tewas akibat serangan Hamas. Sementara korban luka mencapai 2.100 orang.
Merespons operasi serangan Hamas, Israel telah meluncurkan Operation Swords of Iron dan membombardir Jalur Gaza. Target utamanya adalah markas atau situs lainnya yang berkaitan dengan Hamas. Menurut otoritas kesehatan di Jalur Gaza, serangan Israel telah menyebabkan 436 warga di sana meninggal. Sebanyak 91 di antaranya merupakan anak-anak.
Menurut Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), serangan Israel ke Jalur Gaza juga memaksa 74 ribu warga di sana mengungsi. Mereka berlindung di sekolah-sekolah, termasuk 64 tempat penampungan UNRWA.