Sejak fajar hari ini, rumah sakit-rumah sakit di Gaza melaporkan 53 warga Palestina syahid akibat serangan Israel, termasuk 39 orang di Kota Gaza dan wilayah utara. Dari jumlah itu, 19 di antaranya adalah warga yang tengah menunggu bantuan makanan.
Di Gaza City, jet tempur Israel menghancurkan 10 rumah di Kamp Shati serta menargetkan sebuah tenda pengungsian di dekat Simpang al-Samer, menewaskan sedikitnya 27 orang. Di Kamp Nuseirat, sebuah drone Israel menyerang kerumunan warga, mengakibatkan dua syahid dan beberapa luka. Sementara di Khan Younis, serangan artileri merenggut nyawa empat orang di lingkungan al-Katiba dan menewaskan dua warga lainnya di pusat kota.
Pertahanan sipil juga mengevakuasi 40 orang yang sempat terjebak di Bani Suhaila, timur Khan Younis, usai gempuran intensif.
Peringatan Keras PBB dan UNICEF
Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan bahwa hampir satu juta warga Gaza kini hidup di bawah hujan bom tanpa henti, dengan akses pada kebutuhan dasar makin terputus. Beberapa fasilitas terpaksa menutup layanan, sementara sisanya berada di ambang kolaps.
OCHA mendesak gencatan senjata segera dan perlindungan penuh bagi warga sipil, sekaligus memperingatkan bahwa sejak Oktober 2023, 540 tenaga kemanusiaan telah terbunuh di Gaza.
UNICEF menambahkan, krisis gizi di kalangan anak-anak sudah mencapai level mengerikan: 1 dari 5 anak mengalami malnutrisi akut, rekor terburuk sepanjang sejarah Gaza. Dalam 24 jam terakhir, tujuh orang (termasuk seorang anak) meninggal akibat kelaparan, menambah daftar korban jiwa akibat malnutrisi menjadi 411 orang, di antaranya 142 anak.
Genosida yang Terus Berjalan
Dengan dukungan penuh Amerika Serikat, Israel sejak 7 Oktober 2023 terus melanjutkan genosida di Gaza: membunuh, mengebom, mengusir, dan menutup rapat akses pangan. Semua dilakukan dengan mengabaikan perintah Mahkamah Internasional dan seruan dunia.
Hingga kini, genosida ini telah meninggalkan 64.718 syahid, 163.859 terluka, lebih dari 9.000 hilang, serta ratusan ribu pengungsi, kebanyakan perempuan dan anak-anak. Gaza bukan hanya hancur secara fisik, tetapi juga dibiarkan mati perlahan di tengah kelaparan yang disengaja.










