Spirit of Aqsa, Palestina- Sudah tiga bulan lebih para murabith di Jalur Gaza bertahan di tengah pembantaian yang dilakukan teroris Israel. Mereka menolak meninggalkan Tanah Air dan berdiri tegak di belakang para pejuang untuk memerdekan Palestina dan Masjid Al-Aqsa.
Keputusan itu tidak mudah. Para murabith harus menghadapi berbagai ujian berat, salah satu kelaparan yang terus meningkat tiap hari. Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, jumlah syuhada dan korban luka di Jalur Gaza menembus angka 100 ribu.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengkonfirmasi, laporan staf organisasi di Gaza menunjukkan bahaya kelaparan semakin meningkat setiap hari di rumah sakit di wilayah tersebut.
Ghebreyesus berkata, “Tim kami di lapangan melaporkan adanya kekurangan makanan yang semakin meningkat untuk staf medis dan pasien yang hanya menerima satu kali makan sehari.”
Dia menunjukkan bahwa “setiap orang yang ditemui oleh staf organisasi di Gaza meminta makanan atau air. Organisasi menghadapi kesulitan besar dalam memberikan dukungan kepada sistem perawatan kesehatan di wilayah tersebut. Lebih dari 100 ribu penduduk Gaza telah menjadi syuhada atau terluka atau hilang.”
Sejak 7 Oktober 2023, pasukan Israel terus melakukan pembantaian terhadap Gaza, dengan dukungan dari AS dan Eropa, di mana pesawatnya mengebom sekitar rumah sakit, bangunan, menara, dan rumah warga Palestina, dan mencegah masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
Lebih dari 26.900 orang telah menjadi syuhada, dan 65.949 orang lainnya terluka, ditambah dengan lebih dari 85 persen (sekitar 1,9 juta orang) penduduk daerah tersebut yang mengungsi, menurut otoritas di wilayah itu dan lembaga serta organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.