Spirit of Aqsa- Setelah lebih dari setahun berjuang melawan kanker otak, Amira Al-Sabbagh, seorang gadis asal Gaza berusia 12 tahun, meninggal pada Senin malam (11/11/2024) di rumah sakit Augusta Victoria di Al-Quds. Penyakit yang semakin menyebar akhirnya merenggut nyawanya di ranjang perawatan yang tak pernah jauh dari ibunya.

Jenazah Amira akan dimakamkan hari ini di Ramallah, namun ibunya, Iman, dilarang menemani dan mengucapkan selamat tinggal kepadanya dengan alasan “keamanan” dari pihak Israel. Iman, yang tertahan di Al-Quds akibat perang, terpaksa tinggal di sebuah hotel yang disediakan oleh rumah sakit karena tidak bisa kembali ke Gaza.

Setahun lalu, Amira sempat melihat berita di ponsel ibunya bahwa rumah kakeknya di Gaza sebagian hancur akibat serangan udara. Tangisnya pecah saat ia berkata kepada ibunya, “Lihat, temboknya rubuh.”

Sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023, Amira terus menangis ingin pulang ke Gaza, agar bisa bersama ayah dan adiknya, Mira, meski harus berada di bawah bayang-bayang serangan.

Ibunya, Iman Al-Ashi, menceritakan betapa berat tahun yang ia jalani, terombang-ambing antara merawat putrinya yang sakit dan keluarganya di Gaza yang terus mengungsi karena serangan tanpa henti. “Amira tidak bisa menerima perawatan di sini. Dia selalu ingin pulang ke Gaza,” ujar Iman.

Selama menjalani perawatan, dokter dan perawat berusaha menenangkan Amira dengan janji bahwa ia akan bisa kembali ke Gaza ketika jalan terbuka. Namun, takdir berkata lain; Amira meninggal dunia sebelum bisa kembali ke tanah kelahirannya yang sangat ia rindukan.

Saat ditanya apa yang ingin ia sampaikan, Amira selalu menyanyikan “Ana Nadiykum” dengan penuh semangat, lalu terisak ketika tiba di bagian, “Aku tak pernah tunduk di negeriku, tak pernah ku rendahkan bahuku. Berdiri di hadapan kegelapanku, sendiri, telanjang, dan tanpa alas kaki.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here