Koordinator Indonesia Global Peace Convoy (IGPC), Muhammad Husein, akhirnya berlayar menuju Gaza bersama armada Global Sumud Flotilla (GSF), Kamis malam (18/9), dari Pelabuhan Gammart, Tunisia. Ia menumpangi kapal observer bersama sejumlah anggota steering committee GSF dan aktivis kemanusiaan asal Malaysia, Afrika Selatan, Inggris, dan Turki.
Kapal yang ditumpangi Husein bukan kapal biasa. Tugasnya mengawasi perjalanan armada lain dan mendokumentasikan setiap potensi pelanggaran HAM oleh Israel di laut internasional.
Dari atas kapal itulah, ia mengirim pesan penuh harap, “Teman-teman, akhirnya giliran saya berlayar. Menyusul Mbak Wanda, menyusul kapal-kapal lain, menyusul ratusan aktivis kemanusiaan. Mohon doanya, semoga misi ini lancar dan kami tiba di Gaza dengan selamat.”
Keberangkatan Husein menjadikannya orang kedua dari Indonesia yang ikut berlayar, setelah Wanda Hamidah lebih dulu meninggalkan Pelabuhan Sido Bou Said bersama delegasi Aljazair dan Tunisia pada Selasa (16/9). Namun, bagi Husein, pelayaran ini bukan soal dirinya atau soal Indonesia semata.
“Fokusnya bukan pada siapa yang berangkat, tapi mengapa kapal-kapal ini berlayar, karena Gaza sedang mengalami genosida,” tegasnya.
Sebelum naik kapal, Husein dilepas relawan Indonesia yang masih bertahan di Tunisia. Mereka berdoa bersama, menyerahkan misi berbahaya ini pada Allah.
Sejak 31 Agustus 2025, Husein memang sudah berada di Tunisia, menunggu keberangkatan yang berkali-kali tertunda karena cuaca buruk dan kendala teknis. Dari sekitar 30 relawan Indonesia yang sudah disiapkan secara fisik dan mental, hanya sebagian kecil yang benar-benar berangkat, sementara lainnya harus kembali ke Tanah Air karena keterbatasan kursi.
Indonesia sendiri telah membeli lima kapal hasil urunan berbagai lembaga. Namun kapal-kapal itu akhirnya dipakai relawan internasional lain. Kini, dengan berlayarnya Husein menyusul Wanda, Indonesia resmi hadir di garda depan konvoi kemanusiaan terbesar untuk Gaza.
