Spirit of Aqsa, Palestina- Situs web Pusat Kebudayaan Strategis Rusia menerbitkan sebuah laporan tentang pengabaian Israel terhadap hukum internasional, hukum perang dan adat istiadat, serta penargetan seluruh dunia merupakan faktor-faktor yang mengancam kelangsungan keberadaan Israel, meskipun mereka memiliki senjata nuklir.
Paparan yang ditulis Yuri Borisov itu menyebut, zionis Israel saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh dunia internasional. Itu terbukti dalam pemungutan suara baru-baru ini di Majelis Umum PBB, yang menyisakan Israel dan Amerika Serikat sendirian.
Menurut penulis, pernyataan yang dikeluarkan oleh seseorang yang mengabaikan hukum internasional mencakup pengakuan langsung terhadap fakta bahwa Israel tidak berperang dengan “teroris” mana pun, melainkan dengan seluruh penduduk negara tetangga Arab, baik Palestina atau Lebanon. Zionis Israel bermaksud melakukan genosida tapi di sisi lain mengemis perhatian dan simpati dari dunia internasional untuk melancarkan aksinya.
Borisov menekankan, kejahatan-kejahatan Israel setara dengan kejahatan internasional yang menjadi bahan pertimbangan dalam pengadilan Nuremberg terhadap penjahat perang besar Nazi antara 1945 dan 1946.
Penjajah Israel telah membunuh dan melukai sedikitnya 40.000 orang di Gaza dan menghancurkan setidaknya setengah bangunan di kota tersebut. Faktanya, 70% penduduk Israel menentang kebijakan sembrono para pemimpin mereka dan menganggapnya sebagai langkah bahaya.
Borisov menunjukkan, pada 11 November, para pemimpin yang bertanggung jawab mengelola perang Israel di Gaza berjanji untuk melanjutkan serangan militer yang bertujuan mengalahkan Hamas, dan untuk menolak tekanan internasional untuk memperlambat atau menghentikannya, dan berjanji untuk “berdiri teguh melawan dunia jika perlu.”
Pada 2009, Netanyahu bersumpah akan membuat dunia tunduk di hadapannya. Saat ini, dia mengancam “dengan tegas menghadapi dunia” dan menghancurkan siapa pun yang menentangnya. Bahkan, penjahata perang itu menyerukan kepada dunia untuk bergabung dengan pesta berdarah Israel di Jalur Gaza.