Spirit of Aqsa- Serangan udara Israel terhadap Rumah Sakit Baptis di Gaza pada Ahad (13/4) dini hari kembali memperparah kondisi sistem kesehatan yang telah porak-poranda di wilayah tersebut. Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mayor Mahmoud Basal, menggambarkan situasi kemanusiaan dan kesehatan saat ini sebagai “tragis, pahit, dan sangat berbahaya”.

Dalam pernyataannya kepada Al Jazeera, Basal menyebut serangan ini merupakan kali ketiga RS Baptis menjadi target, dengan serangan terdahsyat sebelumnya terjadi pada Oktober 2023 yang menewaskan lebih dari 500 warga Palestina.

Ia menegaskan, penghancuran fasilitas vital seperti RS Baptismerupakan bencana besar karena dilakukan di tengah runtuhnya layanan medis di Gaza.

Basal memperingatkan bahwa serangan lanjutan di Kota Gaza akan membawa dampak yang lebih fatal, sementara tim pertahanan sipil tidak memiliki kapasitas untuk menanganinya.

Kondisi kian memprihatinkan karena para korban luka datang tanpa pendamping medis, menggunakan kendaraan pribadi atau gerobak yang ditarik hewan, untuk mencari pertolongan ke RS Al-Shifa yang saat ini beroperasi dengan kapasitas terbatas.

Israel kembali membombardir Al-Ma’madani dengan dua rudal yang menghantam bagian layanan darurat dan ruang penerimaan pasien, menyebabkan rumah sakit tersebut lumpuh total. Pasien dan korban luka terpaksa berpindah ke jalan-jalan sekitar, mencari tempat yang lebih aman.

Menurut Basal, RS Al-Shifa yang sebelumnya juga rusak akibat serangan Israel tidak mampu menampung beban tambahan ini, begitu pula RS Indonesia di Gaza Utara.

Ia menambahkan bahwa Al-Ma’madani merupakan satu-satunya rumah sakit di wilayah itu yang memiliki alat CT Scan, sehingga penghancurannya memaksa tim medis memindahkan pasien ke lokasi yang lebih jauh—menambah penderitaan, terutama bagi mereka yang mengalami patah tulang parah.

Serangan ini juga menghancurkan sejumlah bagian vital rumah sakit, termasuk unit gawat darurat, bank darah, laboratorium embrio, dan apotek. Basal menyebutkan bahwa puluhan korban luka masih membutuhkan perawatan intensif, sementara tim medis di lapangan kewalahan menangani lonjakan pasien.

Ia mengecam keras serangan terhadap rumah sakit yang seharusnya dilindungi oleh hukum humaniter internasional. “Israel melanggar aturan ini di hadapan dunia, dan dunia hanya diam,” kata Basal, seraya mempertanyakan kapan masyarakat internasional akan mengambil sikap tegas.

RS Baptis berada di kawasan padat penduduk di lingkungan Zeitoun, yang dikelilingi situs-situs bersejarah dan keagamaan, termasuk Gereja Santo Filipus dan Gereja Ortodoks Yunani Santo Porphyrius yang dibangun pada abad ke-5.

Terkait korban hilang di bawah reruntuhan, Basal mengungkapkan bahwa lebih dari 100 jenazah masih tertimbun. Namun, upaya evakuasi terhambat karena tidak adanya alat berat yang dibutuhkan. Ia mengkhawatirkan warga akan nekat mencoba menggali reruntuhan sendiri, yang justru berpotensi menyebabkan lebih banyak korban jiwa.

“Semua pilihan yang tersisa bagi warga Gaza adalah pilihan pahit,” tegas Basal, merujuk pada penutupan perbatasan, blokade, pengungsian paksa, dan pelanggaran hak asasi manusia yang terus dilakukan oleh Israel.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here