Spirit of Aqsa, Jakarta – Setelah Nabi Adam ‘alaihis salam diturunkan Allah ke atas muka bumi, Allah memerintahkan Adam untuk berjalan menuju tempat yang akan dijadikan baitullah. Tempat dimana keturunannya nanti akan beribadah di sana. Karena Adam diturunkan di India, maka ia berjalan menuju Makkah. Setelah Nabi Adam membangun ka’bah, Allah memerintahkannya untuk berangkat ke Baitu al-Maqdis untuk mendirikan (Masjid). Maka beliau mendirikannya dan beribadah di dalamnya.

Dahulu ketika ditinggikan pada masa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, ka’bah tidak berbentuk seperti sekarang yang menyerupai kubus. Tapi bentuknya menyerupai persegi panjang dan tidak beratap. Dindingnya pun lebih pendek. Bentuk ini menyerupai kawasan persegi panjang berpagar.

Bangunannya terbuat dari batu, dengan ketinggian 9 hasta (4,5 m). Panjang dindingnya dari sisi timur 32 hasta (16 m), dari sisi barat 31 hasta (15,5 m), dari sisi selatan 20 hasta (10 m) dan dari sisi utara 22 hasta (11 m). Mempunyai dua pintu yang terbuka dengan posisi sejajar dengan tanah tanpa undak-undak. Kemudian Jibril turun dengan membawa hajar aswad dan nabi Ibrahim meletakkan hajar aswad tersebut di tempatnya.

Ka’bah berubah bentuk bangunan dari aslinya sejak lima tahun sebelum nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul. Ketika itu ka’bah rusak dan orang-orang quraisy bahu membahu membangun kembali. Mereka mengurangi panjang ka’bah dari sisi timur sebanyak 6 hasta (3 m) sehingga panjangnya hanya 13 m. Mereka menggantinya dengan dinding pendek setengah lingkaran (Hijir sekarang) agar orang-orang tawaf di belakangnya, karena hijir masih bagian dari ka’bah. Tinggi ka’bah ditambah menjadi 18 hasta (9 m) dan mereka membuatkan atap diatasnya dengan ditambah talang dari kayu. Mereka menutup pintu ka’bah sebelah barat dan meninggikan pintu timur dari atas tanah. Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ikut serta dalam pembangunan ini bersama para pemuka quraisy, sebelum beliau diangkat menjadi rasul.

Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Khulafa’ ar-rasyidin wafat, kota Makkah dipimpin oleh sahabat Abdullah bin Zubair. Pada tahun 64 H./683 M.  Yazid bin Mu’awiyah mengirim tentara dari Syam untuk mengepung Makkah. Mereka menyerang kota Makkah dengan menggunakan manjaniq (pelontar batu) sehingga menyebabkan ka’bah rusak kembali dan terbakar.  Setelah 27 hari pengepungan, Yazid wafat dan tentaranya yang dikirim dipulangkan ke Syam. Kemudian Ibnu Zubair merencanakan pembangunan kembali ka’bah yang telah rusak dan terbakar.

Diantara peninggalan Ibnu Zubair yang tercatat dalam sejarah adalah beliau menjalankan pendapat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana hadits Aisyah. Beliau menghancurkan ka’bah dan membangunnya kembali sesuai dengan pondasi yang pernah didirikan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Lalu dibuat dua pintu, di sebelah timur dan barat. Satu pintu untuk masuk dan pintu lainnya untuk keluar.

Dalam kitab Shahih Bukhari diriwayatkan: Telah menceritakan kepada kami Jarir bin Hazim, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Ruman, dari Urwah, dari Aisyah r.a. bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Seandainya bukan karena keberadaan kaummu yang masih lekat dengan kejahiliahan, tentu aku sudah perintahkan agar ka’bah baitullah dirubuhkan, lalu aku masukkan ke dalamnya apa yang sudah dikeluarkan darinya, dan aku akan jadikan (pintunya yang ada sekarang) rata dengan permukaan tanah, lalu aku buat pintu timur dan pintu barat, dengan begitu aku membangunnya di atas pondasi yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam”. Sabda nabi inilah yang kemudian dijadikan alasan oleh Abdullah bin Zubair ketika merobohkannya. Yazid (perawi hadits) berkata: Aku melihat Ibnu Zubair ketika merobohkannya lalu membangunnya kembali, dia memasukkan sebagian hijir dan aku melihat pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berupa bebatuan menyerupai punuk-punuh unta. Jarir berkata: Aku bertanya kepadanya: Dimana posisinya? Yazid menjawab: Akan aku tunjukkan kepadammu sekarang. Maka aku bersamanya masuk ke dalam hijir lalu dia menunjuk pada suatu tempat seraya berkata: Inilah posisinya. Jarir berkata: Kemudian mengukur jaraknya dari hijir, ternyata kira-kira kurang lebih enam hasta.”

Ka’bah yang telah dibangun kembali oleh Abdullah bin Zubair sesuai dengan pondasi Nabi Ibrahim ‘alaihis salam rupanya tidak berlangsung lama. Karena khalifah Abdul Malik bin Marwan mengirim tentaranya dengan pimpinan al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi untuk menguasai Makkah dan membunuh Ibnu Zubair. Kemudian al-Hajjaj menulis surat kepada khalifah bahwa Ibnu Zubair telah menambah-nambah bangunan ka’bah dari aslinya pada zaman quraisy. Khalifah Abdul Malik mengizinkan kepada al-Hajjaj untuk membongkar bangunan tambahan tersebut dan dikembalikan ke bentuk semula seperti pada masa quraisy.

Dengan izin ini, al-Hajjaj membangun kembali ka’bah sesuai pondasi pada masa quraisy pada tahun 74 H/ 693 M. Beliau juga menutup pintu ka’bah sisi barat dan meninggikan pintu timur. Beliau menghancurkan sisi dinding sebelah utara dan menguranginya sebanyak 6 hasta (3 m) dari hijir. Al-Hajjaj tidak merubah tinggi ka’bah.

Dalam beberapa riwayat sejarah, ketika khalifah Abdul Malik bin Marwan mengetahui bahwa Abdullah bin Zubair membangun ka’bah berlandaskan pada hadits Aisyah r.a. (sesuai dengan pondasi Nabi Ibrahim), beliau menyesal dengan telah memberikan izin kepada al-Hajjaj untuk merubah pondasi ka’bah.

Pada masa Sultan Murad Khan dari Daulah Utsmaniyah, ka’bah roboh karena imbas dari hujan deras dan banjir di sekitar kota Makkah. Air masuk ke dalam ka’bah dan membanjiri hingga batas setengah dari dinding ka’bah (6 meter). Kemudian Sultan memerintahkan kembali pembangunanka’bah pada tahun 1040 H/ 1630 M seperti sedia kala. Bangunan inilah yang sampai saat ini masih ada, tentunya dengan berbagai perbaikan disana-sini.

Saat ini, ukuran Ka’bah sebagai berikut; dinding Utara : 9,90 meter, dinding Timur : 11,68 meter, dinding Selatan: 10,18 meter, dan dinding Barat  : 12,04 meter.

Sumber: Eknsiklopedia Mini Masjid Al-Aqsha, ASPAC for Palestine

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here