Spirit of Aqsa, Palestia- Zionis Israel terus memproduksi narasi palsu untuk menutupi kekalahan mereka dalam melawan faksi perlawanan Palestina, terutama pejuang Al-Qassam.

Seorang peneliti yang secara khusus memantau media-media Israel dan jejaring media sosial, Azzam Abu Adas, menjelaskan, banyak ciri skeptisisme yang bisa dilihat dari zionis Israel. Skeptisisme itu merupakan ciri utama kekalahan penjajah zionis Israel.

Di sisi lain, PM Benjamin Netanyahu, hanya ingin memuaskan hasrat politiknya agar tetap bisa memimpin entitas zionis Israel.

Abud Al-Adas lalumenguraikan beberapa tanda kekalahan penjajah Israel selama sebulan berperang:

  1. Pembicaraan Petinggi Zionis Israel tentang Lamanya Perang

Menurut Al-Adas, pembicaraan berulang-ulang dari militer Israel maupun PM Benjamin Netanyahu terkait lamanya perang merupakan sikap tidak realistis. Pembicaraan itu juga berasal dari lemahnya kepercayan diri terhadap kemampuan militer Israel mencapai tujuan perang.

“Bukti dari hal ini adalah bahwa penjajahan, hingga saat ini, belum mampu mencapai prestasi apa pun di lapangan,” kata Al-Adas, dikutip dari Palinfo, Selasa (7/11).

Penjajah Israel berusaha sekuat tenaga untuk menekan perlawanan dengan mengubah Gaza sebagai kota tak layak huni. Pemboman Jalur Gaza juga dimaksudkan agar penduduk setempat menyalahkan pejuang Palestina.

“Namun kenyataannya menunjukkan bahwa orang-orang Palestina tetap berpegang teguh pada posisi mereka (mempertahankan tanah mereka) dan menyerukan perlawanan serta mendukung faksi pejuang,” ujar Al-Adas.

  • Internal Zionis Israel Retak

Internal zionis Israel saat ini tidak bisa dipungkiri tentang keretakan yang sedang terjadi. Keretakan politik menimpa semua tingkatan, mulai dari tingkat masyarakat, pemerintah, dan militer. Ketidakpercayaan satu sama lain semakin melebar dan menguat.

Masyarakat tidak percaya kepada pemerintahan PM Netanyahu, pemerintah tidak percaya kepada militer, dan militer tidak percaya kepada pemerintah. Dalam konferensi pers pun, penjajah Israel selalu menolak untuk membicarakan keretakan tersebut.

  • Lawan Politik Netanyahu Terus Melawan

Lawan-lawan politik Netanyahu telah menyadari dua hal. Pertama, Netanyahu hanya ingin memperpanjang perang sejauh mungkin untuk mempertahankan kursi kekuasaan. Kedua, tujuan perang Gaza tidak akan dicapai oleh militer Israel, dan hanya dipolitisasi untuk melanggengkan kepentingan kelompok Netanyhu.

“Yang memperkuat hal ini adalah pernyataan pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, pada Ahad (5/11), bahwa Israel ‘tidak akan aman, tidak akan menjadi negara yang bermoral, dan tidak akan memenangkan perang kecuali orang-orang yang diculik (tahanan Hamas) kembali’,” ujar Al-Adas.

  • Hamas Punya ‘Kartu AS’ Zionis Israel

Al-Adas mengungkapkan, Hamas memegang ‘kartu AS’ zionis Israel yakni berkas tawanan yang dibawa ke Jalur Gaza. Kartu ini memiliki dimensi atau pengaruh besar dan bisa menekan Netanyahu. Keluarga dan kerabat para tawanan tersebut terus memberikan tekanan kepada Netanyahu.

“Tekanan itu mungkin akan meningkat dalam beberapa hari mendatang, terutama karena politisi lawan Netanyahu juga terlibat dengan keluarga-keluarga ini untuk meningkatkan tekanan publik terhadapnya,” kata Al-Adas.

  • Narasi Palsu Zionis Israel Selalu Terungkap

Narasi palsu yang coba disampaikan penjajah Israel kepada dunia justru jadi senjata makan tuan. Narasi itu malah diungkap oleh lembaga-lembaga independen internasional dan investigasi jurnalistik, seperti pemboman Rumah Sakit Baptis Gaza dan penargetan rumah sakit di Jalur Gaza.

Tekanan kepada zionis Israel pun meluas secara global, sebuah tekanan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Zionis Israel tidak bisa mengendalikan opini global, meskipun sudah menggunakan semua aspek dan teknologi canggih sekalipun.

Apalagi, mayoritas masyarakat dan aktivis Barat menolak langkah militer dan politik yang diambil Netanyahu terhadap Jalur Gaza.

  • Perang Multi-Front kian dekat

Perang multi front kini terlihat semakin jelas. Para ahli menekankan, zionis Israel tidak bisa menghadapi perang multi-front meskipun dapat bantuan dari Amerika Serikat. Front utara yakni Lebanon sudah memulai serangan sejak Taufan Al-Aqsa diluncurkan.

Negara-negara yang berbatasan seperti Yordania dengant terang-terangan memperlihatkan dukungan kepada rakyat Palestina. Perang multi-front benar-benar bisa terjadi jika zionis Israel tidak menghentikan pembantaian di Jalur Gaza.

  • Amerika Serikat Dilema

Pemerintah Amerika Serikat yang menjadi sekutu utama zionis Israel berada pada posisi dilematis. Amerika mendukung Israel melenyapkan Hamas dari Gaza, tapi mereka tidak yakin militer zionis mampu melakukan hal tersebut.

“Oleh karena itu, mungkin perilaku Amerika ini lebih berdampak pada Israel daripada dukungannya pada tahap ini, karena kerugian apa pun bagi Israel akan menjadi kerugian strategis besar yang tidak dapat ditoleransi,” ujar Al-Adas.

Sumber: Palinfo

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here