Kebutuhan layanan kesehatan di Gaza masih berada pada level kritis. Namun, Israel hingga kini masih memblokir masuknya dokter asing dan bantuan medis ke wilayah tersebut, kata ahli bedah asal Gaza, Dr Ahmed Mokhallati.
Dalam wawancara bersama Al Jazeera, mantan Kepala Bedah Plastik RS Al Shifa itu menegaskan bahwa situasi di lapangan tidak berubah meski gencatan senjata diumumkan.
“Di tengah euforia gencatan senjata, banyak orang tidak menyadari bahwa tidak ada yang benar-benar berubah di Gaza. Kelaparan masih berlangsung. Tidak ada listrik, air bersih, bahan bakar, pasokan makanan, atau obat-obatan,” ujarnya.
Mokhallati menegaskan bahwa Israel tetap mengontrol seluruh akses masuk dan keluar Gaza dan hanya membuka perbatasan dalam jumlah yang sangat terbatas.
“Meski ada gencatan senjata, Israel tetap menolak izin bagi sebagian besar dokter yang ingin masuk memberi perawatan,” katanya.
“Yang terjadi sekarang hanyalah kelanjutan dari pembersihan etnis. Ini kelanjutan dari genosida,” tambahnya.
Ia mengungkapkan ribuan pasien di Gaza kini dalam kondisi tanpa harapan medis.
“Pasien dengan kelainan bawaan, penyakit jantung, diabetes, dan kanker sudah dua tahun tidak mendapat pengobatan. Banyak yang akhirnya meninggal karena tidak ada layanan kesehatan,” jelasnya.
Menurutnya, sistem kesehatan Gaza benar-benar runtuh.
“Sekarang ada ribuan orang yang butuh tindakan medis segera. Selain itu, 15.000 hingga 20.000 pasien menunggu dievakuasi keluar Gaza karena rumah sakit yang tersisa tak lagi mampu merawat mereka,” tegasnya.