Spirit of Aqsa, Palestina- Menurut laporan Wall Street Journal, militer teroris Israel telah bekerja sejak November 2023 untuk mendirikan zona penyangga sepanjang satu kilometer di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza. Tujuannya untuk meyakinkan pemukim Israel agar mau kembali ke kota-kota di sekitar perbatasan Jalur Gaza, meskipun ada penolakan dari pihak Amerika Serikat.

Surat kabar tersebut menyebutkan, proyek ini semakin mengecewakan pejabat Amerika yang menyatakan keberatan terhadap rencana pendirian zona penyangga di Gaza. Namun, Israel terus melanjutkan tanpa menghiraukan Amerika, menganggap bahwa pembangunan zona terlarang merupakan penyusutan wilayah Gaza dan pelanggaran hukum internasional.

“Wall Street Journal” juga mengutip militer Israel yang menyatakan bahwa mereka merusak infrastruktur Hamas. Namun, tentara Israel yang bertugas di perbatasan di Jalur Gaza menyebutkan mereka sebenarnya merusak lahan pertanian, bukan infrastruktur Hamas.

Analisis militer Amerika juga dilaporkan oleh surat kabar tersebut, menyatakan bahwa zona penyangga tidak akan mencegah peluncuran roket atau serangan drone di masa depan dari dalam Gaza.

Surat kabar Amerika juga mengutip pernyataan seorang perwira Israel yang mengatakan bahwa pembentukan zona penyangga permanen di perbatasan Gaza ilegal, karena Israel akan mengendalikan wilayah di luar batas yang diakui.

Wall Street Journal mengkonfirmasi, pemerintahan Amerika menghadapi kesulitan dalam mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menghentikan proyek zona penyangga. Mereka mungkin akan menerima pembentukan zona penyangga sementara.

Pemerintah Amerika juga memperingatkan, pembentukan zona penyangga oleh Israel dapat membuat sulit bagi negara-negara Arab untuk membantu dalam merekonstruksi Gaza setelah perang berakhir, sesuai dengan pernyataan mereka.

Pejabat Israel setuju bahwa zona terlarang mungkin bersifat sementara, tetapi mereka tidak memberikan jadwal atau rencana kepada pemerintah Amerika, menurut “Wall Street Journal”.

Meruntuhkan Bangunan

Financial Times melaporkan, Israel meruntuhkan antara 1.100 hingga 2.800 bangunan dengan menggunakan buldoser, sebagian besar adalah gudang pertanian, untuk membuat zona terlarang di dalam Gaza.

Surat kabar Amerika mengutip sumber Israel yang menyatakan, tujuan dari penghancuran bangunan ini adalah untuk mempersiapkan area tersebut agar dapat digunakan secara bebas di masa depan.

Menteri Pertahanan Amerika, Antony Blinken, menegaskan penolakan Washington terhadap perubahan permanen dalam situasi geografis Gaza, dengan menekankan perlunya menjaga kesatuan wilayah Gaza.

Sumber: Aljazeera, Media Amerika

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here