Spirit of Aqsa- Pakar militer Brigadir Jenderal Elias Hanna menyatakan, militer Israel gagal mengubah apa yang disebutnya sebagai “kesuksesan taktis” menjadi “pencapaian strategis,” meskipun korban tewas terus berjatuhan di utara Jalur Gaza.
Komentar ini disampaikan Hanna dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, menanggapi laporan kematian 10 tentara Israel sejak dimulainya operasi militer di Beit Hanoun, wilayah utara Gaza, sekitar dua minggu lalu, sebagaimana dilaporkan oleh Yedioth Ahronoth.
Militer Israel mulai masuk ke Beit Hanoun pada akhir Oktober 2023 saat dimulainya operasi darat. Sejak itu, mereka terus mencoba menguasai wilayah tersebut tetapi gagal menghentikan perlawanan di tengah kehancuran yang meluas.
Menurut Hanna, Beit Hanoun memiliki posisi strategis penting karena terletak di sudut timur laut Jalur Gaza, menjadi bagian dari zona penyangga yang sedang dibangun Israel di sepanjang perbatasan. Wilayah ini juga merupakan jalur wajib menuju Beit Lahia dan Jabalia, yang dianggap sebagai pusat gravitasi utama di utara Gaza.
Pada Rabu malam, militer Israel melaporkan tiga tentaranya tewas dan tiga lainnya terluka dalam pertempuran di utara Gaza. Laporan awal menunjukkan ledakan alat peledak yang menghantam tank di Beit Hanoun menjadi penyebab utama insiden tersebut, meningkatkan total korban tewas militer Israel menjadi 46 sejak operasi dimulai lebih dari tiga bulan lalu.
Hanna menegaskan bahwa perlawanan Palestina terus melakukan strategi perang yang bertujuan menguras kekuatan Israel, meskipun operasi militer Israel di utara Gaza kini mendekati hari ke-100 dengan melibatkan tiga brigade besar namun belum berhasil menghentikan perlawanan.
Israel, menurut Hanna, mengukur keberhasilan operasi mereka berdasarkan jumlah pejuang yang tewas, luas wilayah yang dikuasai, dan tingkat kehancuran yang ditimbulkan. Namun, pendekatan ini lebih mengarah pada “kesuksesan taktis tanpa dampak strategis jangka panjang.”
Sebaliknya, perlawanan Palestina bertempur secara militer dan politik untuk memperpanjang waktu, menguras sumber daya militer Israel, dan mencegah mereka mencapai kemenangan penuh. Menurut Hanna, keberhasilan perlawanan terletak pada kemampuan mereka untuk tidak kalah.
Hanna menyimpulkan bahwa militer Israel dipaksa masuk ke wilayah Gaza tetapi tidak mampu bertahan lama. Situasi di lapangan memaksa mereka mundur, memungkinkan perlawanan kembali ke wilayah tersebut untuk mereorganisasi dan memperkuat diri.
Baru-baru ini, Sannad—agensi verifikasi berita Al Jazeera—melaporkan melalui citra satelit adanya kerusakan luas di kawasan pemukiman di Beit Hanoun dan kompleks perumahan Sheikh Zayed di Beit Lahia akibat serangan militer Israel. Citra yang diambil antara 27 Desember 2023 dan 3 Januari 2024 mengungkap tingkat kerusakan besar di wilayah Al-Zaytun dan Al-Azba di Beit Hanoun akibat penyerangan Israel dalam dua minggu terakhir.
Sumber: Al Jazeera