Ismail Al-Thawabta, Kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, mengungkap fakta mengejutkan: lebih dari 90% warga Gaza kini mengalami malnutrisi, menurut data lapangan. Kondisi ini merupakan dampak langsung dari kebijakan “kelaparan yang disengaja” yang terus diberlakukan Israel dengan membatasi aliran bantuan dasar ke wilayah tersebut.

Al-Thawabta menjelaskan, dari 600 truk bantuan yang dijanjikan dalam protokol kemanusiaan pasca gencatan senjata, hanya sekitar 200 truk yang diizinkan masuk per hari, kurang dari sepertiga kebutuhan. Israel juga menahan puluhan jenis pangan vital, mulai dari daging, telur, produk susu, hingga protein penting bagi pertumbuhan anak-anak, memperdalam krisis malnutrisi yang sudah melanda warga.

Lebih jauh, Israel terus mengabaikan kesepakatan gencatan senjata 10 Oktober 2023 dengan Hamas, yang seharusnya menjamin 600 truk bantuan per hari. Pelanggaran ini telah terjadi lebih dari 497 kali, menewaskan 342 warga Palestina dan melumpuhkan upaya pemulihan sipil, termasuk pelarangan masuknya alat berat untuk mengevakuasi jenazah korban dari reruntuhan, sebuah pelanggaran berat hukum kemanusiaan internasional.

Al-Thawabta menekankan, blokade yang masih diberlakukan Israel menciptakan lingkungan kemanusiaan yang rapuh, dengan sengaja mengekang aliran barang pokok, dan menegaskan bahwa pola ini adalah “kejahatan terstruktur berupa kelaparan disengaja dan penghalangan bantuan”. Ia menyerukan kepada para mediator dan pihak penjamin internasional untuk segera menekan Israel agar mematuhi komitmen gencatan senjata dan menghentikan pelanggaran.

Gencatan senjata ini seharusnya mengakhiri perang genosida yang dimulai Israel pada 8 Oktober 2023, yang berlangsung selama dua tahun, menewaskan lebih dari 69 ribu warga Palestina, melukai lebih dari 170 ribu orang, serta menghancurkan 90% infrastruktur sipil dengan kerugian awal diperkirakan mencapai 70 miliar dolar AS.

Sumber: Palinfo

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here