Spirit of Aqsa, Palestina- Di tengah pengeboman zionis Israel di Jalur Gaza, sebuah, sebuah keajaiban telah terjadi. Adalah bayi bernama Mecca atau Makkah. Pada Sabtu (21/10), Dareen Abu Shamalah (28), yang hamil anak ketiga, sedang mencuci pakaian di balkon lantai tiga sebuah rumah di Rafah, Jalur Gaza selatan.
Kemudian, datanglah serangan udara Israel. Dareen terlempar sampai ke lantai bawah bersama reruntuhan bangunan. Suaminya, Ayman Abu Shamalah, lolos dari kematian hanya dalam hitungan detik ketika serangan itu menghantam rumah mereka.
Ayman bergegas turun dan menemukan sang istri tergeletak di lantai. “Saya pikir dia dan bayinya akan meninggal setelah terjatuh. Saya menemukannya tergeletak di lantai tetapi dia masih hidup,” kata Ayman, seperti dikutip AFP, Rabu (25/10/2023).
“Kata-kata terakhirnya kepada saya adalah: ‘Ayman, keluarkan Mecca dari perut saya dan jagalah dia’,” ujar Ayman menirukan pesan-pesan istrinya sebelum meninggal.
Tubuh Dareen begitu rusak akibat ledakan dari serangan udara Israel, sehingga Ayman hanya mengenali istrinya tersebut dari celana yang dia kenakan. Di Rumah Sakit Abu Yousef Al Najjar tempat jenazah Dareen dibawa, Ayman memohon kepada dokter untuk menyelamatkan bayinya.
“Saya bilang padanya itu permintaan terakhirnya,” ujar Ayman.
Para dokter berhasil mengeluarkan bayi tersebut melalui operasi caesar, dan bayi mungil tersebut segera dilarikan ke unit anak di Rumah Sakit Bulan Sabit Merah Emirat di Rafah.
Ayah berusia 34 tahun itu mengatakan keluarganya telah mengungsi dari Kota Gaza untuk berlindung bersama kerabatnya di Rafah. Namun, bangunan tempat mereka tinggal masih juga dihantam oleh pasukan penjajah Israel.
Ayman, yang kehilangan istri dan anak-anaknya. Serangan itu bertepatan dengan hari ulang tahun bersama dua anaknya; Adam yang berusia 3 tahun dan saudara perempuannya Sham, yang 9 tahun, keduanya syahid bersama ibu mereka.
“Saya sedang menuruni tangga ketika serangan terjadi. Jika saya turun 30 detik lebih awal, saya akan terbunuh bersama mereka,” katanya kepada AFP, sambil menangis tersedu-sedu.
Saat itu, Sabtu malam, dan Ayman naik ke atap untuk memeriksa apakah tangki air sudah terisi setelah mereka akhirnya mendapat kiriman 11 hari usai pasokan dihentikan. Tapi, dia tak menyangka pengeboman Israel tersebut membuatnya kehilangan keluarga.
“Mereka memasukkan tubuh anak saya yang hancur ke dalam tas biru. Jenazah Syam terbakar habis,” kata Ayman dengan suaranya yang terisak-isak.
“21 Oktober adalah hari ulang tahun Syam dan Adam dan menjadi hari kematian mereka. Ini akan menjadi hari yang sangat sulit bagi saya setiap tahunnya,” katanya.
“Bayi itu berada dalam kondisi sangat serius ketika dia dibawa ke sini dan segera dipasang ventilator,” kata kepala keadaan darurat rumah sakit, Mohammad Salameh, kepada AFP.
“Tetapi prognosis awalnya tidak bagus karena otaknya kekurangan oksigen antara saat ibunya meninggal dan saat dia dilahirkan,” katanya. “Kemungkinan besar dia akan menderita dampak permanen.”
Berdiri di depan inkubator putri kecilnya, Ayman menangis ketika seorang dokter mencoba menghiburnya. Label nama di inkubator berbunyi: “Bayi syahid Dareen Abu Shamalah” dengan tanggal lahir 21 Oktober, tanggal yang sama dengan tanggal lahir kedua anaknya yang lain, yang meninggal bersama ibu mereka.