Spirit of Aqsa- Pakar Militer, Kolonel Hatem Karim Al-Falahi, mengatakan, militer Israel merencanakan pembantaian di Gaza utara setelah memaksa wanita dan anak-anak mengungsi ke selatan, sementara laki-laki ditahan di pos-pos pemeriksaan militer.

“Apa yang terjadi di Gaza utara merupakan bagian dari rencana militer Israel untuk mengosongkan penduduk dan menghancurkan rumah-rumah serta permukiman dalam apa yang dikenal sebagai Rencana Jenderal,” ujar Al-Falahi, dikutip Al Jazeera, Jumat (25/10/2024).

Dari perspektif militer, Al-Falahi berpendapat bahwa pasukan Israel akan menganggap semua warga Palestina yang masih tinggal di utara Gaza sebagai pejuang bersenjata.

Ia juga menyatakan keyakinannya bahwa Israel akan menggunakan bom tak konvensional untuk menghancurkan wilayah tersebut, termasuk terhadap penduduk yang masih bertahan.

Al-Falahi menambahkan, Israel bertekad mengepung Gaza utara dan mengosongkan penduduknya karena serangan besar-besaran pada 7 Oktober 2023 dimulai dari wilayah tersebut. “Inilah sebabnya militer Israel ingin menjadikan daerah ini sebagai zona militer tertutup,” ujarnya.

Sejak 6 Oktober 2023, militer Israel melancarkan operasi militer baru di wilayah utara Gaza, terutama di sekitar Jabalia. Mereka melarang penduduk untuk mengungsi ke Gaza City dan hanya mengizinkan perpindahan melalui Jalan Salahuddin, yang membentang dari utara ke selatan Gaza.

Menurut Al-Falahi, ini adalah bagian dari rencana sistematis dan disengaja untuk menghancurkan permukiman guna memaksa pengosongan wilayah tersebut.

Ia merujuk pada laporan media yang menyebutkan bahwa Israel menggunakan bom barel di wilayah tersebut, serta melarang bantuan kemanusiaan masuk. Sementara itu, wilayah selatan Gaza mengalami kelaparan.

Sumber dari ruang operasi pejuang Palestina melaporkan kepada Al Jazeera pada 17 Oktober 2023 bahwa militer Israel telah menghancurkan beberapa bagian kamp pengungsi Jabalia setelah 12 hari operasi militer, dengan tujuan melanjutkan penghancuran rumah-rumah dan pengusiran warga.

Sumber tersebut juga menegaskan bahwa operasi Israel di Gaza utara dan kamp Jabalia tidak memiliki tujuan militer, melainkan untuk sepenuhnya menghancurkan rumah-rumah di Jabalia guna mengusir penduduk.

Al-Falahi mengaitkan kebijakan Israel di Gaza utara dengan pernyataan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant yang sebelumnya mengatakan bahwa Israel akan membuat zona militer di sepanjang daerah yang memisahkan utara Gaza dengan bagian tengah dan selatannya, serupa dengan yang terjadi di wilayah Netzarim.

Berdasarkan hal ini, militer Israel telah memisahkan Gaza utara untuk menciptakan zona militer yang mereka kuasai, dengan tujuan menjadikannya sebagai wilayah yang sepenuhnya berada di bawah kendali militer Israel.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here