Spirit of Aqsa– Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant menyerukan perpanjangan masa wajib militer. Sementara, ratusan Yahudi ultra-Ortodoks (Haredim) menggelar unjuk rasa menolak upaya perekrutan mereka ke dalam angkatan bersenjata Israel.
Menurut Otoritas Penyiaran Israel, Galant mengirim surat resmi kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mendesak agar segera memperpanjang masa wajib militer menjadi tiga tahun.
Saluran TV 12 Israel melaporkan, setelah lebih dari empat bulan tertunda, Galant meminta Netanyahu untuk segera mempercepat pengesahan undang-undang perpanjangan masa dinas militer. Dia bealasan, “realitas keamanan baru membutuhkan respons operasional besar untuk menjaga upaya perang tetap berlanjut.”
Demonstrasi Haredim Menentang Wajib Militer
Pada saat yang sama, ratusan Yahudi ultra-Ortodoks menggelar unjuk rasa pada Kamis (20/6/2024), menutup jalan utama di kawasan Tel Aviv Raya, memprotes upaya perekrutan mereka ke dalam angkatan bersenjata Israel.
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan, ratusan Haredim dari Faksi Yerusalem menutup Jalan Nomor 4 di persimpangan Givat Shmuel dekat kota Bnei Brak, memprotes upaya perekrutan mereka ke dalam militer.
Faksi Yerusalem adalah organisasi politik Haredi Israel yang menentang upaya perekrutan Yahudi ultra-Ortodoks ke dalam angkatan bersenjata dan dianggap sebagai salah satu aliran paling ekstrem di kalangan Haredi, menurut media Israel.
Seruan untuk Perekrutan
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Herzi Halevi, menyatakan, perekrutan Haredim ke dalam angkatan bersenjata menjadi kebutuhan mendesak. “Oleh karena itu, kami mendorongnya dengan kuat dan ingin melakukannya dengan benar,” katanya.
Dia menambahkan, setiap batalyon Haredi yang dibentuk oleh angkatan bersenjata Israel akan menyediakan ribuan tentara cadangan. Partai-partai oposisi dan bahkan tokoh-tokoh dari Partai Likud yang tergabung dalam koalisi pemerintah juga mendesak perekrutan Haredim.
Pekan lalu, Knesset mengadakan pemungutan suara dalam sidang umum untuk menghidupkan kembali RUU perekrutan yang diusulkan pada periode parlemen sebelumnya, yang memberikan pengecualian kepada Haredim dari wajib militer.
RUU tersebut mencakup penurunan usia pembebasan dari wajib militer bagi Haredim menjadi 21 tahun (saat ini 26 tahun).
Saat ini, Haredim yang mencapai usia 18 tahun (usia untuk wajib militer di Israel) dapat menghindari wajib militer dengan memperoleh penundaan tahunan yang berulang kali dengan alasan belajar di sekolah agama, hingga mencapai usia pembebasan (saat ini 26 tahun).
Setelah pembahasan di Komite Luar Negeri dan Keamanan Knesset, RUU tersebut akan diajukan untuk pembacaan kedua dan ketiga yang diperlukan agar menjadi undang-undang yang sah.
Tekanan untuk merekrut Haredim ini terjadi di tengah serangan Israel yang berkelanjutan di Jalur Gaza, yang dimulai pada 7 Oktober lalu dan telah mengakibatkan lebih dari 123.000 warga Palestina tewas atau terluka, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita, serta sekitar 10.000 orang hilang di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang menewaskan puluhan orang.