Dalam langkah yang menuai kecaman diam-diam, Israel dikabarkan melarang pasukan udara yang terlibat dalam misi bantuan kemanusiaan untuk merekam kehancuran masif di Jalur Gaza.

Menurut laporan Haaretz pada Rabu (30/7), larangan tersebut diberlakukan terhadap semua kru militer yang mengambil bagian dalam operasi pengiriman bantuan udara, termasuk dari negara-negara sekutu. Lebih jauh lagi, Israel disebut mengancam akan menghentikan operasi pengiriman bantuan jika ada dokumentasi visual yang memperlihatkan skala kehancuran di wilayah Gaza disebarluaskan kepada publik.

Pekan lalu, operasi pengiriman bantuan lewat udara mulai dilakukan secara terbatas, diprakarsai oleh Yordania dan Uni Emirat Arab. Beberapa negara Eropa seperti Spanyol dan Inggris telah menyatakan kesiapan mereka untuk bergabung.

Namun di balik lemparan parasut bantuan, terbentang kenyataan yang lebih kelam: sejak Oktober 2023, agresi militer Israel telah meninggalkan jejak kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Laporan PBB awal tahun ini menyebut, hingga 70 persen bangunan di Jalur Gaza telah hancur atau rusak berat.

Dengan serangan udara, peluru artileri, hingga peledakan sistematis terhadap gedung-gedung, militer Israel meluluhlantakkan sebagian besar kawasan Rafah di selatan, menghantam permukiman di Khan Younis dan wilayah-wilayah utara seperti Beit Hanoun, Jabalia, dan Beit Lahia. Wilayah timur Kota Gaza pun tak luput dari kehancuran.

PBB dan berbagai organisasi kemanusiaan internasional memperkirakan jumlah puing bangunan yang mengubur Gaza mencapai lebih dari 40 juta ton, dan memperingatkan bahwa proses pembersihan dan rekonstruksi akan memakan waktu bertahun-tahun.

Di tengah reruntuhan dan penderitaan, larangan dokumentasi ini menyiratkan kekhawatiran Israel terhadap eksposur visual yang dapat menggugah opini dunia. Ketika Gaza dibungkam bukan hanya dengan senjata, tetapi juga dari sorotan kamera, publik dunia dihadapkan pada satu pertanyaan penting:
Apa yang tidak ingin mereka lihat?

Sumber: Al Jazeera, Haaretz, dan kantor berita internasional

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here