Israel kembali melancarkan operasi penghancuran di sepanjang jalur timur Gaza pada Rabu (pagi waktu setempat). Serangan itu berlangsung bersamaan dengan tembakan intensif dari kendaraan militer dan drone yang terus menyasar kawasan sipil.

Di bagian utara Gaza, koresponden Al Jazeera melaporkan artileri Israel menembakkan peluru ke area dalam garis kuning dekat Jabalia. Pasukan Israel juga melakukan operasi peledakan bangunan di timur Kota Gaza, dibarengi serangan artileri yang berkelanjutan. Kawasan timur Hayy at-Tuffah turut mengalami rentetan tembakan dari drone dan kendaraan lapis baja.

Di selatan Gaza, jet tempur Israel menggempur Bani Suhaila di timur Khan Younis. Artileri Israel kembali menyerang area dekat garis kuning, sementara kendaraan militer menembaki wilayah selatan-timur Khan Younis. Sumber lokal menyebutkan tembakan dan serangan serupa juga diarahkan ke pinggiran Rafah.

Serangkaian serangan ini berlangsung meski gencatan senjata telah diberlakukan sejak 10 Oktober 2025. Sepanjang periode tersebut, militer Israel terus melakukan operasi penghancuran besar-besaran terhadap bangunan dan infrastruktur yang tersisa di balik garis kuning di berbagai wilayah Gaza.

Cuaca Buruk Perparah Derita Pengungsi

Di sisi lain, dampak cuaca ekstrem memperburuk kondisi ratusan ribu warga Gaza yang hidup di dalam tenda-tenda rapuh. Pertahanan Sipil Gaza memperingatkan bahwa pengungsian saat ini “tidak layak dihuni” dan tidak mampu memberikan perlindungan paling dasar memasuki musim dingin.

Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, mengatakan dari hasil pemantauan lapangan dan ribuan laporan yang masuk, tenda-tenda pengungsian tidak mampu menahan hujan, angin, maupun suhu dingin. Tenda juga tidak memberikan privasi, tidak aman, dan tidak memenuhi standar keselamatan.

Basal menegaskan bahwa tenda pengungsian kini bukan lagi solusi sementara, melainkan telah berubah menjadi “sumber penderitaan dan ancaman nyata bagi keselamatan warga.” Ia menyerukan lembaga kemanusiaan dan internasional untuk segera menyediakan hunian sementara yang aman seperti kervan-kervan prefabrikasi hingga proses rekonstruksi dimulai.

Menurutnya, mempertahankan ratusan ribu keluarga di tenda yang tak layak huni “bukan pilihan dan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.”

Memasuki musim dingin, ratusan ribu pengungsi Gaza hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Fasilitas dasar tidak tersedia, sementara Israel terus membatasi masuknya rumah prefabrikasi dan perlengkapan vital untuk memperkuat area pengungsian.

Korban Syahid Terus Bertambah

Dalam laporan hariannya Selasa kemarin, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat 17 syahid dalam 24 jam terakhir, termasuk 14 di antaranya yang berhasil dievakuasi dari bawah reruntuhan.

Sejak Israel memulai agresi pada 7 Oktober 2023, jumlah warga Gaza yang syahid telah mencapai 69.775 orang, sementara 170.965 lainnya terluka.

Sejak diberlakukannya gencatan senjata terakhir pada 10 Oktober 2025, tercatat 345 syahid, 889 luka-luka, serta 588 jenazah ditemukan dari reruntuhan bangunan.

Sumber: Al Jazeera, Media Palestina

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here