Laporan terbaru Human Rights Watch (HRW) kembali menyingkap wajah kelam agresi militer Israel di Jalur Gaza. Sejak pecahnya perang, lebih dari 500 sekolah yang digunakan sebagai tempat pengungsian warga sipil telah menjadi sasaran serangan udara Israel, mengakibatkan ratusan korban jiwa dari kalangan sipil.

Organisasi HAM internasional itu menyebut, serangan terhadap sekolah-sekolah tersebut tak bisa dibenarkan dalam kerangka hukum perang, apa pun dalih yang digunakan. Bahkan, banyak dari serangan itu dilakukan secara ganda: satu serangan untuk menghancurkan, dan serangan berikutnya ditujukan kepada para penyintas dan tim medis yang mencoba menyelamatkan korban.

Lebih tragis lagi, sebagian besar serangan tersebut menggunakan amunisi buatan Amerika Serikat, yang memperkuat dugaan keterlibatan Washington secara tidak langsung dalam kejahatan yang kini digolongkan sebagai kemungkinan genosida.

Dalam laporan yang disusun secara komprehensif, HRW mengungkap bahwa militer Israel bukan hanya menyerang sekolah, tetapi juga secara sistematis membentuk unit khusus untuk mengidentifikasi dan menargetkan lembaga-lembaga pendidikan yang dijadikan tempat perlindungan. Unit ini disebut mencari apa yang mereka istilahkan sebagai “pusat gravitasi”, yaitu lokasi-lokasi dengan konsentrasi tinggi pengungsi, lalu menjadikannya target.

Narasi yang diusung oleh militer Israel bahwa di dalam sekolah-sekolah tersebut terdapat elemen Hamas pun dipertanyakan. HRW menegaskan bahwa sebagian besar klaim itu tidak didukung bukti apa pun. Menurut hukum humaniter internasional, keberadaan kombatan di fasilitas sipil tidak serta merta melegitimasi serangan, apalagi tanpa upaya meminimalkan korban sipil.

Dua insiden dicatat secara khusus dalam laporan tersebut. Pertama, pada 27 Juli 2024, sebuah serangan udara menghantam Sekolah Khadijah di Deir al-Balah, menewaskan sedikitnya 15 orang. Sekolah itu saat itu menampung lebih dari 4.000 pengungsi, dan tak ditemukan aktivitas militer di sekitarnya. Kedua, pada 21 September 2024, Sekolah Zaitun di Gaza City dibombardir, mengakibatkan 34 korban jiwa, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Tak ada peringatan sebelumnya, dan tak ada bukti keberadaan target militer.

HRW juga menegaskan bahwa serangan semacam ini berdampak jangka panjang: selain melumpuhkan sistem pendidikan Gaza selama bertahun-tahun ke depan, juga menghilangkan satu-satunya tempat aman bagi warga sipil yang terusir dari rumah mereka.

Lebih jauh, HRW menyerukan kepada Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk segera menangguhkan seluruh bentuk bantuan militer kepada Israel, termasuk penghentian pengiriman senjata. Jika tidak, negara-negara tersebut akan turut dianggap terlibat dalam pelanggaran hukum internasional dan berpotensi menjadi bagian dari kejahatan genosida yang kini tengah diselidiki lembaga-lembaga internasional.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here