Spirit of Aqsa- Di tengah jalan-jalan yang hampir sepi, sejumlah warga Palestina berusaha menelusuri dampak serangan Israel yang menghantam wilayah utara Gaza. Tentara Israel baru-baru ini kembali melakukan penempatan pasukan di perbatasan utara wilayah tersebut, memperketat blokade militer yang sudah berlangsung lama.
Rekaman dari Anadolu Agency menunjukkan kehancuran besar di Beit Lahiya, yang dulunya hijau kini menjadi kawasan kelabu penuh puing-puing dan bau jenazah membusuk menyebar di jalan-jalannya. Permukiman warga porak-poranda, dan bahkan gedung-gedung yang masih berdiri pun mengalami kerusakan parah.
Rumah Sakit Indonesia di wilayah tersebut ikut terdampak setelah diblokade dan dihantam serangan udara Israel hingga tidak berfungsi. Bangunan rumah sakit itu kini menjadi tempat pengungsian warga yang melarikan diri dari gempuran Israel, sementara area sekitar rumah sakit dan sebuah sekolah pengungsian di dekatnya juga rusak akibat kebakaran.
Pada Minggu lalu, militer Israel menempatkan pasukan di empat sisi Gaza Utara dan terus menggempur wilayah itu melalui serangan udara dan darat, menurut saksi mata. Pada awal Oktober, militer Israel memulai serangan besar-besaran ke kamp dan wilayah Jabalia dengan dalih mencegah Hamas kembali berkuasa di wilayah itu. Namun, warga Palestina mengatakan bahwa Israel bertujuan menduduki wilayah tersebut dan menjadikannya zona penyangga dengan mengevakuasi paksa penduduknya melalui “pembantaian” dan blokade yang memutus akses makanan dan air bagi ratusan ribu warga.
Kondisi Rumah Sakit Indonesia yang Terkepung
Nidal al-Duraimly, seorang warga yang terluka dan sempat berlindung di Rumah Sakit Indonesia sebelum diblokade militer Israel, mengatakan, “Kami dikepung oleh tentara Israel dan harus bertahan tanpa air dan makanan selama sekitar 20 hari. Setiap upaya bantuan dari luar ditolak tentara.” Al-Duraimly menambahkan bahwa suara ledakan begitu kuat hingga sulit untuk tidur, dan gedung rumah sakit bergetar hebat akibat gempuran.
Ia menyebut tentara Israel bahkan menargetkan lantai atas rumah sakit dan menahan beberapa pengungsi yang berada di jalanan. Selain itu, tank-tank Israel menebar debu tebal yang menimbulkan teror, khususnya bagi perempuan.
Bau Jenazah di Jalanan
Seorang warga Beit Lahiya yang memeriksa rumahnya mengungkapkan bahwa “tak ada yang bisa dikenali; tak jelas mana rumah sendiri atau rumah tetangga.” Di sekitar Rumah Sakit Kamal Adwan, jenazah-jenazah yang belum dapat dievakuasi karena layanan pertahanan sipil dan ambulans yang terhenti mengeluarkan bau menyengat.
Warga tersebut mengisahkan bagaimana selama beberapa hari tanpa air, makanan, maupun komunikasi, mereka harus bertahan di tengah serangan Israel yang terus berlanjut.
Sejak awal Oktober, serangan ini telah menyebabkan layanan kesehatan dan ambulans di Gaza Utara berhenti beroperasi. Pada 18 Oktober, Israel memutus jaringan komunikasi dan internet ke Gaza Utara, menyebabkan terputusnya akses informasi resmi dari wilayah tersebut.
Israel, yang didukung Amerika Serikat, terus melakukan gempuran ke Gaza sejak 7 Oktober 2023. Serangan ini telah menyebabkan lebih dari 144 ribu warga Palestina syahid atau terluka, dengan sebagian besar korban adalah anak-anak dan perempuan, sementara lebih dari 10 ribu lainnya masih hilang. Dewan Keamanan PBB telah menyerukan penghentian serangan ini, namun Israel tetap melanjutkan pembantaian di wilayah tersebut.