Spirit of Aqsa, Palestina – Seorang pekerja Palestina bernama Fuad Sabati Jaudah berusia 50 tahun meninggal dunia pada Ahad (24/1). Itu merupakan hari pertama Fuad masuk kerja setelah 20 hari pemutusan hubungan kerja karena terjadi penutupan jalan berulang.

Pria asal kota Irak Tayeh, di timur Nablus, ini mencari kerja wilayah Palestina yang diduduki penjajah Israel sejak tahun 1948. Hal tersebut terpaksa dia lakukan untuk mendapatkan makanan sehari-harinya dan keluarga kecilnya. Akan tetapi bom gas beracun yang ditembakkan pasukan penjajah Israel tidak mengizinkannya untuk kembali ke rumahnya.

Jaudah meninggal dunia setelah pasukan pendudukan penjajah Israel memburunya bersama para pekerja Palestina lainnya ketika mereka berusaha untuk menyeberangi melewati lubang tembok apartheid Israel. Pasukan penjajah Israel, menembak mereka dengan gas beracun dan peluru tajam, yang menyebabkan ketakutan dan kepanikan pada Jaudah hingga dia mengalami kritis dan serangan jantung.

Jaudah meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan empat anak, yang tertua berusia 10 tahun. Mereka hanya bisa bertanya-tanya tentang dosa apa yang dilakukan ayah mereka saat berusaha untuk bisa sampai ke tempat kerjanya.

Pembantaian IsraelMengenai detil kejadian tersebut, saudara laki-laki korban, Azmi Jaudah, menceritakan. Ribuan pekerja Palestina berusaha untuk menyeberangi perbatasan lewat celah yang ada di tembok apartheid Israel. Akan tetapi mereka dikejutkan oleh kedatangan pasukan penjajah Israel yang menyerang mereka dengan gas air mata beracun dan peluru tajam.

Menurutt dua pekerja yang membawa Fuad, mereka menggambarkan apa yang terjadi dengan pembantaian. Karena cairan yang ditembakkan ke arah para pekerja berwarna dengan warna yang aneh.Mereka menyebutkan bahwa setelah korban jatuh di tanah, ambulans Israel datang dan menlis dalam laporan, “Kami menemukannya tergeletak di tanah dan tewas.”

Azmi Jaudah mengatakan, “Tentu saja, mereka (Israel) tidak akan mengakui bahwa korban meninggal karena diburu dan dikejar-kejar pasukan penjajah Israel.” Dia menambahkan, “Para tentara ini belajar di sekolah militer tentang kejahatan tersebut.

“Setelah korban dipindahkan ke Rumah Sakit Pemerintah Rafidia di Nablus, otopsi dilakukan di kampus Universitas Nasional An-Najah untuk mengklarifikasi penyebab kematiannya, meskipun ada saksi mata yang memastikan bahwa dia meninggal karena menghirup gas beracun tersebut.

Warga Palestina yang tinggal di wilayah Tepi Barat sudah sejak lama mengalami kesulitan untuk bisa bertahan hidup di wilayah mereka yang dikuasai penjajah Israel. Berbagai kebijakan penjajah Israel di Tepi Barat bertujuan untuk menguasai penuh wilayah dan warga Palestina. Baik melalui penyitaan tanah untuk pembangunan permukiman Yahudi hingga pembangunan tembok apartheid.

Akibatnya, warga Palestina tidak bisa hidup secara normal. Kegiatan bekerja ke ladang, belajar mengajar, berdagang dan lainnya terhalang oleh berbagai operasi kekerasan dan pembangunan fisik Israel. Sehingga warga Palestina berusaha mempertahankan hidup mereka dengan cara apapun, termasuk masuk ke wilayah Palestina yang diduduki penjajah Israel sejak tahun 1948 melalui celah-celah tembok apartheid yang dibangun penjajah Israel.

Namun Israel selalu memburu warga Palestina yang hendak masuk ke wilayah yang diduduki Israel sejak tahun 1948 dengan cara apapun, termasuk dengan kekerasan yang bisa menewaskan warga Palestina.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here